Kamis, 18 April 2013

Zoo Family ~Power of Love~ Part 3'-')/


Pagi harinya Hyunsoo, Kyuhae dan Ara sudah mengawasi rumah itu dari balik semak-semak. Mereka melihat Yuan mengetuk pintu rumah itu, saat pintu terbuka mereka malah melihat Yuan juga. Yuan yang datang berpakaian seperti petani dan Yuan yang satunya adalah Yuan yang menyambut Yuan yang petani itu. Melihat itu mereka bertiga hanya saling berpandangan.

“Yaa!! Apakah mereka kembar?! Lalu apa hubungan Minri eon dan mereka?” Tanya Ara sambil menatap kedua kakaknya.

“Palli!!! Selagi mereka lengah, kita mungkin bisa masuk ke gudang itu,” Hyunsoo mengalihkan pandangan Ara dan Kyuhae.

           Mereka bertiga mendekati rumah itu, menyelinap masuk ke dalamnya. Saat mereka hendak masuk ke dalam gudang, ternyata kedua Yuan itu sedang berbicara di dalam kamar pribadi mereka. Ara menghentikan langahnya, sedangkan Kyuhae dan Hyunsoo terus masuk ke dalam gudang yang penjaganya sudah pergi sejak tadi agi membawa bahan-bahan terlarang itu. Ara mendengarkan dengan sangat serius apa yang dibicarakan si kembar itu.

“Hyung.. jebal.. jangan lakukan itu pada mereka! Aku menyesal telah memberitahu kau tentang mereka!” kata Yuan yang mungkin bukan Yuan yang tinggal di rumah itu.

“Eoh?! Berarti Yuan yang selama ini dikenal Minri eon itu Yuan yang petani. Lalu yang satu lagi itu kakaknya..” Gumam Ara terus mendengar pembicaraan mereka.

“Ya!! Lee Yuan! Kau pikir kau siapa?! Kau hanya anak appa yang dia buang! Sadarlah.. hidupmu dengan eomma itu jauh dari kata layak! Kembalilah pada kami!” sahut Yuan yang menurut Ara dia kejam.

“Yaaakk!!! Xuan hyung!!! Jangan pernah hina eomma!!!” pekik Yuan kepada hyung yang dia panggil Xuan.

“Keure, arraseo. Tapi bisakah kau membiarkan ku bermain dengan kelima anak itu?!” Kata Xuan dengan nada penuh kelicikan. Ara yang mendengarnya spontan kaget dan berlari tanpa mempedulikan suara gaduh dari hentakan kakinya menuju gudang, di dalam gudang itu Minri dan Seulra berhasil di selamatkan Hyunsoo dan Kyuhae.

           Xuan dan Yuan mendengar hentakan suara kaki Ara, mereka segera masuk ke dalam gudang. Terlihat jelas Minri dan Seulra sudah ditemani Hyunsoo, Kyuhae dan Ara.

“Ahhh... kan jadi gak bisa kabur! ” Oceh Ara menghentakkan kakinya.

“Kalian tidak akan bisa lari dari sini!” Xuan mengeluarkan smirk evilnya. Saat yang sama Yuan datang dan kaget melihat Minri dan adik-adiknya.

“Yuan?!” Minri heran melihat Yuan dan Xuan.

“Kau heran? Dialah Lee Yuan yang sebanarnya,” jelas Xuan sambil mendekati Minri dan Yuan hanya bisa diam, “Dan aku, Lee Xuan” Xuan mengelus rambut Minri, membuat yeoja itu bergidik ngeri.

“YAAAA!!!!! SETAN KAU! JANGAN SENTUH EONNIEKU!!!!” Jerit Ara menunjukkan telunjuknya ke arah Xuan.

“Eoh?! Kau yang paling kecil di sini, tapi nyalimu cukup besar” Sahut Xuan lebih santai namun lebih membuat orang-orang di sekitarnya mematung. Xuan berjalan santai ke arah Ara berdiri. Ara menatanya dalam dan penuh amarah.

“Kau cantik juga,” Kata Xuan memainkan jarinya di wajah Ara.

“Ara!” Hyunsoo mencoba menghentikan tapi dia malah mendapat tatapan tajam Ara. Memberi tahu kalau Ara bisa mengatasinya sendiri. Ara juga memberi kode untuk segera lari dari tempat itu.

“Hyung, aku membutuhkan Jungsoo ahjussi,” kata Ara gemetar sambil melirik Hyunsoo meminta mereka lari dari tempat itu. Melihat itu Hyunsoo menatap Yuan meminta bantuannya dan mereka kabur tanpa menimbulkan suara.

“Jauhkan tangan kotormu itu dari wajahku,” Ara terus menatap Xuan dalam.

“Aku tahu kalau mereka sudah berhasil lari dan sekarang tingal kau di sini. Baiklah, sepertinya tidak ada harapan untukmu Ara-ssi.” Jelas Xuan mendekatkan wajahnya ke wajah Ara dan hampir tidak ada jarak.

“Jangan pernah setitikpun kau menyentuhku! Dan kalau sampai diantara kakakku ada yang terluka sedikit nyawamu yang menjadi taruhannya.” Ancam Ara.

“Apa aku tidak salah dengar adik kecil?!” Xuan meremehkan Ara yang sekarang sudah keluar api dari nafasnya. Apa ada monyet api?! Ntahlaa, hanya di sini kita bisa temukan.

“Yaaaa!!! Lee Xuan-ssi! Kau akan memakan perkataanmu sendiri! KARNA KAU BERANI MEREMEHKAN KU!!!!” Ara jauh terlihat lebih mengerian dari Xuan.

#Paaaarrrrr. Xuan menampar wajah mulus Ara.
“Beraninya kau berteriak terhadapku!” Xuan memasang wajah tak kalah sangar.

“Eoh?! Main fisik kau rupanya?! Oke! Dengan senang hati,” Ara meninju wajah Xuan, membalas tamparan Xuan terhadapnya.

           Terjadi pertarungan sengit antara Ara dan Xuan. Bibir Xuan sudah mengeluarkan darah, bigitupula hidung Ara yang meneteskan darah segar. Tak peduli sudah berapa sakit Ara terus meladeni jika Xuan melayangkan tangannya ke tubuh Ara.
           Di hutan Yuan, Minri, Hyunsoo, Seulra, dan Kyuhae sudah bersembunyi di semak-semak tak jauh dari rumah itu. Berharap Ara keluar menyusul mereka. Tapi, Ara belum melihatkan tanda-tanda kemunculannya. Seulra mengambil inisiatif untuk menghubungi orang tua mereka. Berhasil, mereka terhubung dengan orang tua mereka melalui ponsel Yuan. Minri dan Yuan saling bertatapan dan memamerkan senyum.

“Yaaa! Di saat seperti ini kalian jangan pacaran!” Cetuk Kyuhae sirik. Minri hanya mendengus kesal.

“Ssssttt....” Seulra menengahi pertengkaran kecil itu, memberi tahu kalau Hyunsoo sedang terhubung dengan eomma dan appa mereka.

“Appa.. Ini aku Hyunsoo,” Hyunsoo berbicara dengan panik. Seulra mengelus pundak Hyunsoo menenangkan oppanya itu.

-Yaaa!!! Di mana kalian?!- Terdengar suara Hoya yang mencemaskan anak-anaknya.

“Aku, Minri noona, Seulra, Kyuhae dan juga Yuan, kami semua masih di hutan,” Jawab Hyunsoo tanpa menyebut Ara.

-Hyunsoo! Di mana Ara?! Kau tidak menyebutkannya!! Lalu, kenapa kalian bisa bersama Yuan?! Bukankah dia bajingan yang menculik kalian?- Ryeowook menjerit.

“Ini bukan yang seperti appa pikirkan,” Minri mengambil alih ponsel itu, “Bukan Yuan yang menculik kami, tapi saudara kembarnya, Lee Xuan. Dan Ara, dia masih berurusan dengan Xuan karena kami."

-Bagaimana bisa Ara masih di sana?!- Ryeowook semakin naik pitam.

“Mianhae appa.. Ara yang menyuruh kami untuk pergi menghubungi appa. Ara juga bilang dia membutuhkan bantuan Jungsoo ahjussi. Appa mengenalnya?!”

-Jungsoo?! Geure, beritahu appa di mana kalian sekarang!- Ryeowook mulai tenang. Hyunsoo meminta Yuan untuk menjelaskan di mana mereka sekarang, diapun bersedia.

           Ryeowook menyuruh Hoya untuk menghubungi Jungsoo, ntah siapa pria yang hanya dikenal Ryeowook, Hoya dan Ara. Jieun sebenarnya juga bingung dengan nama Jungsoo yang mereka maksud. Tapi dia tidak memperdulikannya dan kembali fokus kepada perintah Ryeowook yang memintanya menghubungi polisi.
           Di gudang penyekapan yang penuh dengan zat berbahaya itu, Ara sudah terkulai lemas di lantai dan Xuan juga telah bersandar pada dinding dengan penampilan mereka yang sudah berantakan. Ara meneteskan air matanya dan tak bergeming menatap Xuan yang menahan rasa sakit di tangannya karena dipelintir Ara.

“Berani juga kau membuatku seperti ini,” kata Xuan terkesan dingin.

“Itu hukuman untukmu Xuan~sshi.. Karena kau berani menyentuhku dan juga menampar Seulra eonnie sampai wajahnya memar,” sahut Ara tak kalah memamerkan senyum licik kepuasannya.

“Hahahaha... kau bukan siapa-siapanya tapi kau benar-benar mewarisi sifatnya,” Xuan tertawa lebar.

“Apa maksudmu?!” Ara mulai berusaha duduk walaupun darah terus bercucuran dari sudut bibirnya.

“Park Jungsoo! Ahjussi yang kau sebut tadi itu dia bukan? Orang yang mengajarimu beladiri dan orang yang menghancurkan keluargaku!” Xuan mengamuk, dia melempar balok di dekatnya ke arah Ara, untung tidak mengenai Ara.
“Apa maksudmu?! Jangan sekalipun kau meremehkan ahjussiku!!!” Bentak Ara. Tak kuat menahan rasa perih di tubuhnya, Arapun ambruk dan nafasnya terus tersengal deras.

“Anak bodoh! Kau tau betapa menderitanya aku sekarang?! Jungsoo, pria itu membongkar kejahatan ayahku! 5 tahun lalu penderitaan ini dimulai. Ayahku masuk penjara karena ketahuan menyeludupkan obat terlarang ke Singapore. Ibuku yang tahu betapa jahatnya ayahku karena kepala polisi Park itu menceraikannya, ibuku juga tidak tahan terus-menerus dikasari ayahku, dia juga membawa Yuan bersamanya dan meninggalkanku dengan bajingan itu. Yuan tidak sepertiku, dia diberi perhatian oleh ibu, sedangkan aku hanya diperalat oleh tuan Lee Changhong. Setelah ayahku keluar dari penjara, aku ditugaskan menjadi kaki tangannya. Melawan dan membodohi polisi yang selalu kulakukan. Tapi, saat itu.. saat aku bersama dengan satu-satunya orang yang terus berada di sisiku, aku hampir tertangkap oleh Jungsoo dan rekan polisinya. Mereka berusaha menembakku yang akan lari, tapi peluru itu membunuh Youra. Sejak saat itu, aku akan benar-benar menjalankan tugas dari ayahku yang sekarang sudah di neraka dan membalaskan kematian Youra. Terima kasih karena saat itu kau muncul,” jelas Xuan.

“Aku tau betapa sakitnya kehilangan orang yang paling berharga. Tapi aku mohon, jangan sakiti orang yang tidak bersalah Xuan~sshi.. Apa salahku? Apa salah keluargaku? Dan Jungsoo ahjussi tidak bersalah,” Ara terisak.

“Salahmu?! Kau bersalah karena kau adalah putri angkat Jungsoo. Semenjak dia kehilangan Park Hyukjae putra bungsunya kerena kanker itu, kaulah satu-satunya anak baginya dan istrinya,” jelas Xuan sambil bangkit dan berjalan ke arah Ara.

“Ara~sshi.. mungkin hanya kau yang pantas merasakan ini!!!” Jerit Xuan lalu mencekram tangan Ara hingga tubuhnya berdiri tegak.

“AAARRGGHHH!!!!!” Ara terisak kesakitan. Tapi, dia terus berusaha menahan sakitnya cengkraman Xuan dan menatap mata Xuan yang jaraknya tidak lebih dari 10cm sehingga terpaan nafas tersengal Xuan dapat dirasakan wajah Ara.

“Hahahaha... apakah seperti ini caramu memperlakukan seorang yeoja? Pantas saja ibumu meninggalkan kalian, tapi aku heran dengan Youra kenapa dia mau berkorban demi kau?” Jelas Ara yang langsung mendapat hempasan untuk tubuhnya di sofa reot di ruang itu. Xuan yang sudah benar-benar marah memperlakukan Ara semaunya.

“JANGAN MENDEKAT!!!!!” Jerit Ara yang sebenarnya mulai takut.

“Hidupmu mungkin akan berakhir di sini!!” Xuan mengeluarkan pisau dari sakunya. Lalu merobek bagian tangan baju Ara. Tiba-tiba pintu terdobrak, ternyata Kepala polisi Park Jungsoo dengan anggota-anggotanya dan juga keluarga Kim.

“Ara..” Seulra dan Minri terkejut dengan kondisi Ara yang sudah berantakan.

“Apa yang telah kau lakukan dengan dongsaengku?!!!!!” Pekik Kyuhae yang sudah naik pitam. Xuan hanya terkekeh melihatnya. Jungsoo yang sudah bersiap dengan senjatanya mulai mendekati Xuan.

“Jangan ada yang mendekat!” Xuan menodong mereka dengan pisau itu, “Kau!! Kepala polisi Park, bukankah sekarang Ara adalah putrimu?! Walaupun dia bukan sedarah denganmu tapi kau dan keluargamu menyayanginya bukan?” Xuan berkata dingin.

“Tolong, jangan sakiti Ara,” kata Jungsoo lirih.

“Jangan sekalipun kau sentuh putriku!!!!” Pekik Ryeowook penuh emosi.

“Appa, ahjussi, eomma, kalian tidak perlu membuang tenaga seperti ini. Orang ini tidak punya hati, jadi percuma saja,” kata Ara yang membuat Xuan terdiam.

“Mworago?!” Xuan membalikkan badanya menghadap Ara.

“Ayahmu! Ayahmu adalah penyebab semuanya! Kalian berdua tidak bersyukur mempunyai orang-orang yang menyayangi kalian. Ibumu dan Yuan, aku yakin mereka tidak meninggalkan kalian karena membenci kalian,” jelas Ara yang membuat Yuan menatapnya, “Yuan oppa, apakah kau dan ibumu membenci namja ini dan ayahnya yang sudah di neraka itu?” tanya Ara yang dibalas gelengan oleh Yuan, semua yang berada di situ hanya mendengarkan apa yang Ara katakan.

“Lalu kenapa kalian membiarkanku seperti ini?!” sentak Xuan.

“Karena kami ingin memberikan pelajaran kepada appa, hyung,” sahut Yuan lirih.

“Tapi kenapa aku yang harus mendapatkan ini semua?!”

“Kami tidak meninggalkanmu hyung. Kami hanya tidak ingin appa merasa kesepian walaupun kami menghukumnya, hanya kau yang bisa aku dan ibu percaya. Tapi, saat kami ingin membawamu, kau sudah bertingkah tidak kalah bejat dari appa, ” jelas Yuan yang sudah meneteskan air matanya. Begitu juga Xuan yang sudah menangis marah. Jieun jatuh ke pelukan Hoya, Minri dan Seulra saling menangis berpelukan.

“Hyung, aku tau kau marah. Tapi tolong jangan lampiaskan kepada mereka, mereka tidak salah,” Yuan mulai mendekati Xuan.

“Apa katamu? Lalu bagaimana dengan dia?” Xuan menunjuk Jungsoo, “ Dia yang menyebabkan Youra mati!” pekiknya lagi.

“Itu karena kau melarikan diri! Jika saja kau tidak kabur, mungkin tembakanku tidak akan salah sasaran,” Jungsoo mulai menaikkan nada suaranya.

“DIAM KALIANNN!!!!!” Xuan mengeluarkan pistolnya dan menembakkannya ke atas. Karena takut terjadi sesuatu, Ryeowook memerintahkan Hoya dan Jieun membawa anak-anaknya, tapi Ara terjebak lagi.

           Terjadi baku tembak antara Jungsoo dan anggotanya dengan Xuan. Karena lelah, takut yang sudah bercampur emosi membuat Ara berteriak. Xuan tertembak pundak dan kakinya, membuatnya terkulai di atas lantai yang hampir penuh darah. Anggota Jungsoo menghampiri Xuan yang sudah pingsan. Dan Jungsoo juga membantu Ara keluar dari gudang itu. Tapi ternyata Xuan melayangkan pelurunya ke arah Jungsoo. Namun Ara melindungi Jungsoo, membuat pundak kanan gadis itu mengeluakan darah dan dia pingsan. Jungsoo tak mau kalah dia menembak Xuan yang terkena ke dadanya dan akhirnya Xuan menghembuskan nafas terakhir.
           5 hari sejak kejadian itu, Ara masih belum sadar sejak operasi pengangkatan peluru. Dan hari ini, semua keluarga dan juga keluarga Jungsoo kembali mengunjungi Ara yang masih berbaring pulas. Istri Jungsoo dan Jieun kembali merapikan kamar di rumah sakit di Seoul itu. Minri dan adik-adiknya masih heran dengan kedatangan Jungsoo dan istrinya. Sedangkan Jieun, sepertinya dia sudah mengetahui semuanya.

“Ahjussi... boleh kami bertanya sesuatu?” kata Seulra terbata. Jungsoo pun mengambiltempat duduk di antara mereka semua.

“Geure. Mwoya?!” Tanya Jungsoo ramah. Saat yang sama Ryeowook dan Hoya juga duduk dengan mereka.

“Bagaimana Ara bisa mengenal ahjussi sedangkan kami tidak?” Tanya Hyunsoo yang paling penasaran.

“Baiklah, appa yang akan ceritakan kepada kalian,”

-Flashback-

“Appa.. kita mau kemana?” Tanya Ara yang masih baru menggunakan seragam SMP, karena itu hari pertamanya menikmati masa SMP.

“Appa dan Hoya appa akan bertemu sahabat kami. Karena tadi kau ingin ikut, mau tidak mau kau menurut saja,” kata Ryeowook yang duduk di bangku pengemudi.

           Sesampainya di sebuah rumah yang dituju mereka bertiga turun. Ara terus mengikuti langkah kedua appanya. Sesekali dia berdecak kagum melihat rumah itu seperti taman bermain. Pintu rumah terbuka, terlihat seorang pria dan putranya menyambut mereka.

“Ahhh.. Jungsoo hyung!!” Ryeowook merangkul pria itu.

“Aigooo.. Hyukjae, kau begitu tampan hari ini,” Hoya menyapa anak laki-laki berusia 16 tahun yang berdiri disebelah appanya.

“Gomawo ahjussi..” sahutnya memamerkan senyumnya. Ara yang melihat semuanya hanya terheran.

“Ahh.. hyung, ini putri bungsu kami,” kata Ryeowook memperkenalkan Ara.

“Annyeong ahjussi..” sapa Ara sedikit membungkukkan tubuh kecilnya.

“Annyeong chagii. Cakkamman, siapa ayahmu?!” Kata Jungsoo sedikit bercanda.

“Mereka berdua adalah appaku!” jawab Ara kerangkul kedua tangan appanya membuat keempat namja yang berdiri di situ tertawa.

“Aigooo saeng.. kau sangat lucu,” Hyukjae menjongkokkan badannya menghadap Ara dan membelai rambut Ara yang dijepitnya. Mata Ara tak berkedip menatap Hyukjae dan wajahnya juga memerah.

“Yaaa.. sepertinya ada yang jatuh cinta dengan putramu Hyung,” Hoya terkekeh melihat Ara.

“Appa....” Ara mendengus kesal membuat Jungsoo dan Ryeowook tertawa.

“Ara~yaa.. sekarang berapa usiamu?” tanya Hyukjae ramah.

“12 tahun, oppa,” jawab Ara lembut. Hoya, dan Ryeowook saling melirik menahan tawa.

“Geure, aku sekarang berusia 16, berarti... aku hanya perlu menunggumu 9 tahun lagi,” kata Hyukjae yang membuat Ara tercengang, “Appa, kau harus membantuku melamar Ara,” tambahnya lagi.

“Ara, apa kau bersedia menjadi istri putra ahjussi yang jelek ini?” Tanya Jungsoo sedikit tertawa.

“Kalau oppa berrsedia menungguku, aku juga bersedia,” sahut Ara menundukkan wajahnya. Ryeowook, Hoya dan Jungsoo tertawa melihat tingkah anak mereka.

           Setelah bermain di rumah itu, mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan Ara terus saja mengoceh tentang ketampanan Hyukjae yang membuat Hoya dan Ryeowook terkekeh.

“Appa.. rahasiakan ini dari Hyunsoo hyung, Kyuhae oppa, Seulra dan Minri eon!” Pinta Ara memohon.

“Kau tenang saja, kami juga merahasiakan ini dari eommamu,” sahut Hoya.

“Waeyo?!” tanya Ara.

“Eommamu pernah dikerjai Jungsoo sewaktu kami SMA dulu, karena kesal eommamu bersumpah jika bertemu dengan orang yang mengerjainya itu dia akan menyiksanya. Karena tidak ingin terjadi sesuatu, kami merahasiakanya” jelas Hoya. Ara terkekeh mendengarnya.

           Sudah hapir 6 bulan Ara sering bermain ke rumah Jungsoo, bahkan dia sering menginap di situ. Ryeowook dan Hoya mengijinkan dan membentu Ara memberi alasan pada Jieun. Jika Ara ditanya, dia akan bilang akan belajar dan bermain di rumah temannya.

-Flashback off-

“Pantas saja waktu itu dia jarang di rumah tapi anehnya sejak saat itu prestasinya meningkat,” oceh Kyuhae.

“Tapi semua itu tidak lama,” Sahut Ara yang ternyata sudah sadar. Mereka semua berhamburan mengelilingi tempat tidur Ara.

-Flashback-

Tingtongg~~~ bel pintu rumah Jungsoo berbunyi.

“Annyeong ahjumma..” sapa Ara pada istri Jungsoo.

“Ayo masuk Ara,” ajak istrinya.

“Ahjumma kenapa seminggu ini rumah kosong? Kalian baru liburan ya?” Tanya Ara yang baru dipersilahkan duduk di kursi makan, sambil membantu istri Jungsoo mengupas buah.

“Sebenarnya kami baru kembali dari rumah sakit,”

“Siapa yang sakit ahjumma? Jungsoo ahjussi?”

“Ani.. Hyukjaelah yang sakit,” kata ahjumma mulai meneteskan air mata.

“Oppa? Dia sakit apa? Kenapa ahjumma menangis?”

“Sudah 2 tahun dia menderita leukimia. Dan sekarang penyakitnya itu sudah semakin parah, dokter bilang Hyukjae tidak memiliki kemungkinan untuk sembuh,” jelas istri Jungsoo terisak.

“Mwo? Oppa?! Kenapa aku baru tahu sekarang? Apakah appaku tahu?” Ara menangis.

“Mereka semua tahu, hanya saja Hyukjae tidak menginginkan kau mengetahuinya. Karena semenjak kau datang, hanya kau temannya,” jelas Ny. Park lirih, “Sekarang kau lebih baik menemaninya, dia mungkin ada di kamarnya dengan appanya,” pinta Ny. Park sambil memberi sepiring buah-buahan segar. Ara pun mengangguk  mengiyakan permintaan Ny. Park itu.

           Ara berjalan menuju kamar Hyukjae. Ara mendengar Hyukjae sedang berbicara dengan  Jungsoo appanya. Ternyata Hyukjae bercerita tentang kedekatannya dengan Ara. Saat Ara kesal karena iya jahili, saat Ara menangis karena dia mengerjai Ara dengan cara meninggalkannya di taman, dan saat Ara memanggilnya dengan sebutan ‘Monkey’ dan Hyukjae menyebut Ara ‘Little Banana’.

“Appa.. Seandainya umurku panjang, aku benar-benar ingin terus bersama Ara. Gadis itu membuatku merasakan indahnya merasakan kasih sayang saudara sekaligus teman dan lebih dari teman,” jelas Hyukjae.

“Apa kau benar-benar menyayanginya?” Tanya Jungsoo.

“Dia dongsaengku yang sebenarnya cinta pertamaku. Appa berjanjilah, saat aku tak ada kau harus menjaganya seperti putrimu sendiri untukku,” kata Hyukjae lirih. Mendengar itu Ara meneteskan air matanya.

“Waahhh... Monkey terserang cinta monyet,” Jungsoo berusaha mengalihkan pembicaraan. Tersadar, Ara hapus air matanya dan mengetuk pintu.

“Eoh?! Pisang kecilku kapan kau datang?” Tanya Hyukjae.

“Sudah lama, tapi aku membantu ahjumma mengupas buah tadi,” jawab Ara.

“Sepertinya eommamu membutuhkan bantuan di dapur sana, kau Monkey jangan sampai kehilangan pisang kecilmu itu, bilang saja walaupun appa rasa kalian belum cukup umur,” sindir Jungsoo.

“Appa!!” pekik Hyukjae, Ara hanya tertunduk malu. Jungsoo pun keluar, dan Ara mengambil duduk di sebelah tempat tidur Hyukjae.

“Oppa.. makanlah buah ini selagi masih segar,” Ara meletakkan piring buah itu di meja kecil di sebelahnya.

“Nde. Hmmm... Ara~yaa, maukah kau duduk bersandar bersamaku?” Hyukjae meminta Ara naik ke tempat tidurnya. Ara hanya terdiam, tidak berani menjawab.

“Kau tenang saja saeng~ii. Apa kau tidak pernah tidur dengan oppamu? Tidak terjadi apapun kan?! Aku juga oppamu Ara,” jelas Hyukjae, lalu Arapun naik ke kasur itu dan duduk bersandar dengan Hyukjae, menatap kosong ke arah tv yang tak menyala, dari sana pantulan bayangan mereka dapat terlihat.

“Dilihat seperti ini kita sangat cocok ya?!” Cetuk Hyukjae merangkul pundak Ara, sehingga tidak ada jarak antara mereka, “Aku yakin kau sudah mengetahui semuanya. Tapi berjanjilah padaku, jika sesuatu terjadi kau tidak boleh melupakanku, dan teruslah bermain dengan appa dan eommaku.” Hyukjae menatap Ara.

“Oppa.. tidak akan ada yang terjadi,” Ara menggenggam tangan Hyukjae yang lain, “Orangtuamu juga sudah kuanggap orang tuaku. Dan kau adalah Monkeyku, oppaku yang sebenarnya cinta pertamaku,” jelas Ara.

“Hey! Apa kau mendengar pembicaraanku dengan appa tadi?” selidik Hyukjae.

“Ehhmmm... hanya sedikit,” jawab Ara terkikik.

“Aisshhh kau ini!” Hyukjae menggelitik Ara, membuat yeoja itu bergerak tak karuan. Tiba-tiba Ara melihat bintang bertebaran, diapun meminta Hyukjae berhenti dan keluar menuju balkon kamar Hyunkjae.

“Huaaa... yeppuyoo!!!!!” Ara berdecak kagum melihat berjuta bintang itu. Hyukjae keluar sambil membalut Ara dengan selimut.

“Bukan aku yang memakai ini, oppa yang harusnya memakai ini,” Ara memindahkan selimut itu ke punggung Hyukjae dan membalut tubuh namja itu.

“Baiklah, kita pakai saja bersama,” Hyukjae menari Ara, memeluk yeoja itu dari belakang dengan selimut yang mengikat mereka.

           Ara kaget dan tak bisa berkata apapun, jantungnya berdebar cepat begitupula Hyukjae. Lama mereka saling terdiam. Jika Ara, ingin membalikkan tubuhnya, Hyukjae selalu menahannya. Dan akhirnya Hyukjae membuka pembicaraan.

“Pisang kecilku, apakau lelah berdiri di sini?” Tanya Hyukjae.

“Aniya monyet tempanku,” jawab Ara sambil menggelengkan kepalanya.

“Pisangku, aku bingung dengan yang kurasakan sekarang,”

“waeyo? Apa monyetku sakit?”

“Aniya. Aku hanya heran, setiap kali bersamamu aku merasakan jantungku sangat berdetak cepat yang sering membuat aku gugup,” jelas Hyukjae.

“Kupikir hanya aku yang seperti itu,” sahut Ara.

“Apa kau masih mau menepati janji pertama kita, pisangku?”

“Oppa, itu janji terindah yang pernah kuterima. Dan satu hal, monyet tidak bisa hidup tanpa pisang dan pisang hidup karena monyet,” mendengar itu Hyukjae membalikkan badan Ara. Memegang kedua bahu yeoja itu.

“Aku tahu kita belum pantas melakukan ini, tapi tuhan tidak memeberiku banyak waktu. Saranghae Ara~yaa..”

“Nado saranghae oppa,” Ara meneteskan air matanya, karena barusan dia mendengar kata-kata Hyukjae bahwa dia tidak memiliki waktu yang lama. Hyukjae memeluk Ara lama, seakan takut kehilangan adik sekaligus sahabat dan first lovenya.

“Jadi aku harus memanggilmu apa sekarang, saeng? pisangku? atau chagi?” Hyukjae memutar bola matanya.

“Yang pasti, aku akan tetap memanggilmu monyet!!” cetuk Ara yang masih gugup dan langsung mendapat cubitan di pipinya.

           Esok harinya, Ara terbangun membenarkan tulang-tulangnya arena satu malaman dia tidur dengan posisi duduk di sebelah tempat tidur Hyukjae. Dia melihat Hyukjae sudah mengeluarkan banyak darah dari hidungnya. Ara menjerit memanggil Jungsoo dan istrinya. Hyukjaepun dibawa ke rumah sakit. Tapi, saat dokter yang memeriksa Hyukae keluar, dokter itu bilang kalau Hyukjae sudah pergi. Ibunya jatuh pingsan dipelukan Jungsoo. Sedangkan Ara terduduk lemas di saat yang sama Hoya dan Ryeowook datang.
           Ara tidak mau ikut pulang dengan appanya. Dia masih setia menemani keluarga Jungsoo di acara pemakan hingga selesai. Dan sejak saat itu Jungsoo benar-benar menganggap Ara sebagai putrinya. Melatih Ara beladiri, karena saat Jungsoo latihan Ara terus merengek minta diajarkan.

-Flashback off-

“Jadi karena Hyukjae kau menyukai monyet? Sampai kamarmu penuh dengan boneka monyet dan peralatanmu gambar monyet?” tanya Hyunsoo yang dibalas anggukan oleh Ara. Saat yang sama Yuan datang.

“Annyeong.. bagaimana kabarmu Ara?” Tanya Yuan, “Ini, ibuku membuatkan sup ayam ginseng untukmu,” Yuan pun menyerahkan kotak yang dia bawa.

“Eohh.. gomawo Yuan oppa. Lalu bagaimana dengan ibumu? Apa dia masih sedih dengan kepergian Xuan?” tanya Ara.

“Untung saja, ibuku benar-benar merelakan Xuan. Dan setelah kami pindah ke seoul, dia lebih ceria tanpa perlu mencemaskan apa yang akan dilakukan Xuan,” jelas Yuan.

“Wuaahh,,, kabae bagus!” pekik Seulra antusias.

“Ehmm.. Yuan oppa mau kah kau menemaniku jalan-jalan?” Minri mengeluarkan wajah aegyonya.

“Tapi bagaimana dengan Ara?” Tanya Yuan.

“Kalian pergilah, tapi saat kalian kembali kalian harus membawakanku nasi goreng beijing di restoran Shin ahjussi.” Pinta Ara.

“Geure saengi, jaljayoo..” Minri melambaikan tangannya lantas pergi menggandeng tangan Yuan.

“Lihatlah kelakuannya, benar-benar yeoja aneh,” oceh Hyunsoo sebal.

“Ara~yaa.. eonnie dan Hyunsoo juga harus pergi, eonnie harus mengikuti bimbingan dari sekolah karena sebentar lagi ada perlombaan,” jelas Seulra.

“Nde. Kalian juga jangan lupa, kalau kembali ke sini harus membawakanku coklat yang banyak!” pinta Ara lagi.

“Nde....” sahut Hyunsoo dan Seulra serentak, lantas pamit dan pergi.

“Kalau begitu ahjussi juga harus pergi karena masih banyak pekerjaan di kantor dan ahjummamu juga masih harus mengajar,” Pamit Jungsoo dan istrinya.

“Appa dan Hoya appa juga masih banyak pekerjaan di kantor yang terus menumpuk” kali ini Ryeowook ikut pamit.

“Nde, tapi kalau ahjussi dan ahjumma akan datang bawakan aku buah-buahan segar dengan bumbu yang ahjumma racik itu. Dan appa, bawakan aku mie gelas dan makanan ringan lainnya,” jelas Ara.

“Nde..” semua pun pergi.

“Oppa, apa kau tidak pergi juga?” tanya Ara pada Kyuhae.

“Eoh?! Anida, aku tidak ada urusan diluar sana. Lagi pula kalau akau pergi nanti kau kan memintaku membawakan Ice cream lagi,” jelas Kyuhae.

“Bagaimana bisa kau tau?!” Pekik Ara membuat Jieun terkekeh.

           Berhari-hari Ara dirawat di rumah sakit. Karena sudah terbiasa, dia bisa tinggal sendirian di kamarnya, karena dia tahu keluarganya yang lain pasti sibuk dengan urusan mereka. Ara menghabiskan waktunya dengan menonton, membaca buku, makan, atau berkeliaran di rumah sakit, saat ini rumah sakit adalah taman bermainnya.
           Ara asik mengerjakan tugas sekolahnya, dia selalu meminta Kyuhae untuk membawakannya buku-buku yang berisi tugas mereka, setelah tugasnya selesai lalu Kyuhae mengantarnya lagi. Dia terus berkutat dengan buku dan penanya, dengan kacamata yang bertengger juga rambut yang sudah dia ikat dan poni yang dijepit. Seulra, Minri dan Yuan muncul dari balik pintu.

“Aigooo... kau ini sakit tapi sehat ya!” cetuk Minri melihat bungkus makanan berserakan dan buku-buku yang ternganga di atas tempat tidur.

“Hehehe..” Ara hanya cengengesan dengan polosnya.

“Igo, kami bawakan kau ramyun sayur, Shin ahjussi sengaja membuatkanmu ramyun ini,” Ara langsung menyambar ramyun itu dan membawanya di sofa yang sudah diduduki Yuan dan Minri.

           Ara terus melahap ramyun itu, tanpa memperdulikan mereka bertiga. Yuan melongo melihat nafsu makan Ara yang tidak dapat dipercaya. Seulra membaca novel yang tergeletak di atas buffet, tak mau tau dengan Ara yang masih sadar atau tidak memakan ramyun itu.

“Ahh!! Aku lupa, bukankah Lee songsaengnim menyuruh kita latihan untuk olimpiad minggu depan?!” sentak Minri yang dibarengi anggukan Yuan.

“Nde, kajja kita pergi! Ara~yaa kami pergi dulu ne, kau dengan Seulra saja,” Kata Yuan menggenggam tangan Minri *ciuuuiiittt..*. Ya, sekarang Yuan bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka, terlebih Yuan sekelas dan sebangku dengan Minri.

“Nde, kalian berlatihlah, jangan pacaran terus..” goda Ara dengan mulut yang terisi penuh.

“Dan kau juga jangan makan terus!” sahut Minri tak kalah.

“Wajar saja eon, aku harus memulihkan tenagaku karena 5 hari tak sadar itu,”

“Arraseo, arraseo.. Uri kalkhae,” Minri dan Yuan pun pergi dan berselisih dengan Hyunsoo yang akan masuk ke kamar itu.

“Kau ini! Jangan sampai Zoolu tidak mau membawamu keliling desa halboji,” cetuk Hyunsoo melihat Ara baru menghentakkan mangkuk ramyunnya.

“Biarin!” Ara menjulurkan lidahnya, “Ahh ne, bagaimana dengan halboji dan halmoni?” tanya Ara.

“Mereka senang kau sudah sadar. Jujur saja kami semua lebih dari panik saat melihat keadaanmu waktu itu. Baju yang sudah terkoyak dengan bercak darah, hidung dan bibir berdarah, badan kotor dan bau, dan peluru Xuan membuatmu tak sadar,” jelas Hyunsoo, “Jika saja bajingn itu masih hidup, sudah kumutilasi dia!” Tambahnya lagi.

“Sudahla hyung, lagipula dia sudah tenang di sana,” Ara memamerkan senyumnya.

“Xuan adalah orang pertama yang menamparku, untung saja tuhan menyelamatkannya, kalau tidak dia akan sengsara kubuat,” oceh Seulra menutup novelnya kasar.

“Sudah! Kyuhae oppa kemana? Kenapa dia tidak datang?”

“Kau ini sudah seperti halmoni pikunnya. Kau tahukan di sekolah lagi heboh ada berbagai macam kontes untuk memperingati ulang tahun sekolah, jadi si Kyuhae itu diminta Kim Jong Woon songsaengnim solo di acara nanti,” Jelas Hyunsoo.

“Issss... Acara itu pasti membosankan,” Cetuk Seulra.

“Supaya kalian tidak badmood lagi akan kuajak kalian berdua ke sebuah tempat cantik di rumah sakit ini,” kata Ara sambil berdiri.

“Eodiseo?” Tanya Hyunsoo. Ara hanya berlalu membuat hyung dan eonnienya mengikuti langkahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar