Pagi harinya Hyunsoo, Kyuhae dan Ara sudah
mengawasi rumah itu dari balik semak-semak. Mereka melihat Yuan mengetuk pintu
rumah itu, saat pintu terbuka mereka malah melihat Yuan juga. Yuan yang datang
berpakaian seperti petani dan Yuan yang satunya adalah Yuan yang menyambut Yuan
yang petani itu. Melihat itu mereka bertiga hanya saling berpandangan.
“Yaa!! Apakah mereka kembar?! Lalu apa
hubungan Minri eon dan mereka?” Tanya Ara sambil menatap kedua kakaknya.
“Palli!!! Selagi mereka lengah, kita mungkin
bisa masuk ke gudang itu,” Hyunsoo mengalihkan pandangan Ara dan Kyuhae.
Mereka
bertiga mendekati rumah itu, menyelinap masuk ke dalamnya. Saat mereka hendak
masuk ke dalam gudang, ternyata kedua Yuan itu sedang berbicara di dalam kamar
pribadi mereka. Ara menghentikan langahnya, sedangkan Kyuhae dan Hyunsoo terus
masuk ke dalam gudang yang penjaganya sudah pergi sejak tadi agi membawa
bahan-bahan terlarang itu. Ara mendengarkan dengan sangat serius apa yang
dibicarakan si kembar itu.
“Hyung.. jebal.. jangan lakukan itu pada
mereka! Aku menyesal telah memberitahu kau tentang mereka!” kata Yuan yang
mungkin bukan Yuan yang tinggal di rumah itu.
“Eoh?! Berarti Yuan yang selama ini dikenal
Minri eon itu Yuan yang petani. Lalu yang satu lagi itu kakaknya..” Gumam Ara
terus mendengar pembicaraan mereka.
“Ya!! Lee Yuan! Kau pikir kau siapa?! Kau
hanya anak appa yang dia buang! Sadarlah.. hidupmu dengan eomma itu jauh dari
kata layak! Kembalilah pada kami!” sahut Yuan yang menurut Ara dia kejam.
“Yaaakk!!! Xuan hyung!!! Jangan pernah hina
eomma!!!” pekik Yuan kepada hyung yang dia panggil Xuan.
“Keure, arraseo. Tapi bisakah kau membiarkan
ku bermain dengan kelima anak itu?!” Kata Xuan dengan nada penuh kelicikan. Ara
yang mendengarnya spontan kaget dan berlari tanpa mempedulikan suara gaduh dari
hentakan kakinya menuju gudang, di dalam gudang itu Minri dan Seulra berhasil
di selamatkan Hyunsoo dan Kyuhae.
Xuan
dan Yuan mendengar hentakan suara kaki Ara, mereka segera masuk ke dalam
gudang. Terlihat jelas Minri dan Seulra sudah ditemani Hyunsoo, Kyuhae dan Ara.
“Ahhh... kan jadi gak bisa kabur! ” Oceh Ara
menghentakkan kakinya.
“Kalian tidak akan bisa lari dari sini!” Xuan
mengeluarkan smirk evilnya. Saat yang sama Yuan datang dan kaget melihat Minri
dan adik-adiknya.
“Yuan?!” Minri heran melihat Yuan dan Xuan.
“Kau heran? Dialah Lee Yuan yang sebanarnya,”
jelas Xuan sambil mendekati Minri dan Yuan hanya bisa diam, “Dan aku, Lee Xuan”
Xuan mengelus rambut Minri, membuat yeoja itu bergidik ngeri.
“YAAAA!!!!! SETAN KAU! JANGAN SENTUH
EONNIEKU!!!!” Jerit Ara menunjukkan telunjuknya ke arah Xuan.
“Eoh?! Kau yang paling kecil di sini, tapi nyalimu
cukup besar” Sahut Xuan lebih santai namun lebih membuat orang-orang di
sekitarnya mematung. Xuan berjalan santai ke arah Ara berdiri. Ara menatanya
dalam dan penuh amarah.
“Kau cantik juga,” Kata Xuan memainkan
jarinya di wajah Ara.
“Ara!” Hyunsoo mencoba menghentikan tapi dia
malah mendapat tatapan tajam Ara. Memberi tahu kalau Ara bisa mengatasinya
sendiri. Ara juga memberi kode untuk segera lari dari tempat itu.
“Hyung, aku membutuhkan Jungsoo ahjussi,”
kata Ara gemetar sambil melirik Hyunsoo meminta mereka lari dari tempat itu. Melihat
itu Hyunsoo menatap Yuan meminta bantuannya dan mereka kabur tanpa menimbulkan
suara.
“Jauhkan tangan kotormu itu dari wajahku,”
Ara terus menatap Xuan dalam.
“Aku tahu kalau mereka sudah berhasil lari
dan sekarang tingal kau di sini. Baiklah, sepertinya tidak ada harapan untukmu
Ara-ssi.” Jelas Xuan mendekatkan wajahnya ke wajah Ara dan hampir tidak ada
jarak.
“Jangan pernah setitikpun kau menyentuhku!
Dan kalau sampai diantara kakakku ada yang terluka sedikit nyawamu yang menjadi
taruhannya.” Ancam Ara.
“Apa aku tidak salah dengar adik kecil?!”
Xuan meremehkan Ara yang sekarang sudah keluar api dari nafasnya. Apa ada
monyet api?! Ntahlaa, hanya di sini kita bisa temukan.
“Yaaaa!!! Lee Xuan-ssi! Kau akan memakan
perkataanmu sendiri! KARNA KAU BERANI MEREMEHKAN KU!!!!” Ara jauh terlihat
lebih mengerian dari Xuan.
#Paaaarrrrr. Xuan menampar wajah mulus Ara.
“Beraninya kau berteriak terhadapku!” Xuan
memasang wajah tak kalah sangar.
“Eoh?! Main fisik kau rupanya?! Oke! Dengan
senang hati,” Ara meninju wajah Xuan, membalas tamparan Xuan terhadapnya.
Terjadi
pertarungan sengit antara Ara dan Xuan. Bibir Xuan sudah mengeluarkan darah,
bigitupula hidung Ara yang meneteskan darah segar. Tak peduli sudah berapa
sakit Ara terus meladeni jika Xuan melayangkan tangannya ke tubuh Ara.
Di hutan Yuan, Minri, Hyunsoo, Seulra,
dan Kyuhae sudah bersembunyi di semak-semak tak jauh dari rumah itu. Berharap
Ara keluar menyusul mereka. Tapi, Ara belum melihatkan tanda-tanda
kemunculannya. Seulra mengambil inisiatif untuk menghubungi orang tua mereka.
Berhasil, mereka terhubung dengan orang tua mereka melalui ponsel Yuan. Minri
dan Yuan saling bertatapan dan memamerkan senyum.
“Yaaa! Di saat seperti ini kalian jangan
pacaran!” Cetuk Kyuhae sirik. Minri hanya mendengus kesal.
“Ssssttt....” Seulra menengahi pertengkaran
kecil itu, memberi tahu kalau Hyunsoo sedang terhubung dengan eomma dan appa
mereka.
“Appa.. Ini aku Hyunsoo,” Hyunsoo berbicara
dengan panik. Seulra mengelus pundak Hyunsoo menenangkan oppanya itu.
-Yaaa!!! Di mana kalian?!- Terdengar suara
Hoya yang mencemaskan anak-anaknya.
“Aku, Minri noona, Seulra, Kyuhae dan juga
Yuan, kami semua masih di hutan,” Jawab Hyunsoo tanpa menyebut Ara.
-Hyunsoo! Di mana Ara?! Kau tidak
menyebutkannya!! Lalu, kenapa kalian bisa bersama Yuan?! Bukankah dia bajingan
yang menculik kalian?- Ryeowook menjerit.
“Ini bukan yang seperti appa pikirkan,” Minri
mengambil alih ponsel itu, “Bukan Yuan yang menculik kami, tapi saudara
kembarnya, Lee Xuan. Dan Ara, dia masih berurusan dengan Xuan karena
kami."
-Bagaimana bisa Ara masih di sana?!- Ryeowook
semakin naik pitam.
“Mianhae appa.. Ara yang menyuruh kami untuk
pergi menghubungi appa. Ara juga bilang dia membutuhkan bantuan Jungsoo
ahjussi. Appa mengenalnya?!”
-Jungsoo?! Geure, beritahu appa di mana kalian
sekarang!- Ryeowook mulai tenang. Hyunsoo meminta Yuan untuk menjelaskan di
mana mereka sekarang, diapun bersedia.
Ryeowook
menyuruh Hoya untuk menghubungi Jungsoo, ntah siapa pria yang hanya dikenal
Ryeowook, Hoya dan Ara. Jieun sebenarnya juga bingung dengan nama Jungsoo yang
mereka maksud. Tapi dia tidak memperdulikannya dan kembali fokus kepada
perintah Ryeowook yang memintanya menghubungi polisi.
Di
gudang penyekapan yang penuh dengan zat berbahaya itu, Ara sudah terkulai lemas
di lantai dan Xuan juga telah bersandar pada dinding dengan penampilan mereka
yang sudah berantakan. Ara meneteskan air matanya dan tak bergeming menatap
Xuan yang menahan rasa sakit di tangannya karena dipelintir Ara.
“Berani juga kau membuatku seperti ini,” kata
Xuan terkesan dingin.
“Itu hukuman untukmu Xuan~sshi.. Karena kau
berani menyentuhku dan juga menampar Seulra eonnie sampai wajahnya memar,”
sahut Ara tak kalah memamerkan senyum licik kepuasannya.
“Hahahaha... kau bukan siapa-siapanya tapi
kau benar-benar mewarisi sifatnya,” Xuan tertawa lebar.
“Apa maksudmu?!” Ara mulai berusaha duduk
walaupun darah terus bercucuran dari sudut bibirnya.
“Park Jungsoo! Ahjussi yang kau sebut tadi
itu dia bukan? Orang yang mengajarimu beladiri dan orang yang menghancurkan
keluargaku!” Xuan mengamuk, dia melempar balok di dekatnya ke arah Ara, untung
tidak mengenai Ara.
“Apa maksudmu?! Jangan sekalipun kau
meremehkan ahjussiku!!!” Bentak Ara. Tak kuat menahan rasa perih di tubuhnya,
Arapun ambruk dan nafasnya terus tersengal deras.
“Anak bodoh! Kau tau betapa menderitanya aku
sekarang?! Jungsoo, pria itu membongkar kejahatan ayahku! 5 tahun lalu
penderitaan ini dimulai. Ayahku masuk penjara karena ketahuan menyeludupkan
obat terlarang ke Singapore. Ibuku yang tahu betapa jahatnya ayahku karena
kepala polisi Park itu menceraikannya, ibuku juga tidak tahan terus-menerus
dikasari ayahku, dia juga membawa Yuan bersamanya dan meninggalkanku dengan
bajingan itu. Yuan tidak sepertiku, dia diberi perhatian oleh ibu, sedangkan
aku hanya diperalat oleh tuan Lee Changhong. Setelah ayahku keluar dari
penjara, aku ditugaskan menjadi kaki tangannya. Melawan dan membodohi polisi
yang selalu kulakukan. Tapi, saat itu.. saat aku bersama dengan satu-satunya
orang yang terus berada di sisiku, aku hampir tertangkap oleh Jungsoo dan rekan
polisinya. Mereka berusaha menembakku yang akan lari, tapi peluru itu membunuh
Youra. Sejak saat itu, aku akan benar-benar menjalankan tugas dari ayahku yang
sekarang sudah di neraka dan membalaskan kematian Youra. Terima kasih karena
saat itu kau muncul,” jelas Xuan.
“Aku tau betapa sakitnya kehilangan orang
yang paling berharga. Tapi aku mohon, jangan sakiti orang yang tidak bersalah
Xuan~sshi.. Apa salahku? Apa salah keluargaku? Dan Jungsoo ahjussi tidak
bersalah,” Ara terisak.
“Salahmu?! Kau bersalah karena kau adalah
putri angkat Jungsoo. Semenjak dia kehilangan Park Hyukjae putra bungsunya
kerena kanker itu, kaulah satu-satunya anak baginya dan istrinya,” jelas Xuan
sambil bangkit dan berjalan ke arah Ara.
“Ara~sshi.. mungkin hanya kau yang pantas
merasakan ini!!!” Jerit Xuan lalu mencekram tangan Ara hingga tubuhnya berdiri
tegak.
“AAARRGGHHH!!!!!” Ara terisak kesakitan.
Tapi, dia terus berusaha menahan sakitnya cengkraman Xuan dan menatap mata Xuan
yang jaraknya tidak lebih dari 10cm sehingga terpaan nafas tersengal Xuan dapat
dirasakan wajah Ara.
“Hahahaha... apakah seperti ini caramu
memperlakukan seorang yeoja? Pantas saja ibumu meninggalkan kalian, tapi aku
heran dengan Youra kenapa dia mau berkorban demi kau?” Jelas Ara yang langsung
mendapat hempasan untuk tubuhnya di sofa reot di ruang itu. Xuan yang sudah
benar-benar marah memperlakukan Ara semaunya.
“JANGAN MENDEKAT!!!!!” Jerit Ara yang
sebenarnya mulai takut.
“Hidupmu mungkin akan berakhir di sini!!”
Xuan mengeluarkan pisau dari sakunya. Lalu merobek bagian tangan baju Ara.
Tiba-tiba pintu terdobrak, ternyata Kepala polisi Park Jungsoo dengan
anggota-anggotanya dan juga keluarga Kim.
“Ara..” Seulra dan Minri terkejut dengan
kondisi Ara yang sudah berantakan.
“Apa yang telah kau lakukan dengan
dongsaengku?!!!!!” Pekik Kyuhae yang sudah naik pitam. Xuan hanya terkekeh
melihatnya. Jungsoo yang sudah bersiap dengan senjatanya mulai mendekati Xuan.
“Jangan ada yang mendekat!” Xuan menodong
mereka dengan pisau itu, “Kau!! Kepala polisi Park, bukankah sekarang Ara
adalah putrimu?! Walaupun dia bukan sedarah denganmu tapi kau dan keluargamu
menyayanginya bukan?” Xuan berkata dingin.
“Tolong, jangan sakiti Ara,” kata Jungsoo
lirih.
“Jangan sekalipun kau sentuh putriku!!!!”
Pekik Ryeowook penuh emosi.
“Appa, ahjussi, eomma, kalian tidak perlu
membuang tenaga seperti ini. Orang ini tidak punya hati, jadi percuma saja,”
kata Ara yang membuat Xuan terdiam.
“Mworago?!” Xuan membalikkan badanya
menghadap Ara.
“Ayahmu! Ayahmu adalah penyebab semuanya!
Kalian berdua tidak bersyukur mempunyai orang-orang yang menyayangi kalian.
Ibumu dan Yuan, aku yakin mereka tidak meninggalkan kalian karena membenci
kalian,” jelas Ara yang membuat Yuan menatapnya, “Yuan oppa, apakah kau dan
ibumu membenci namja ini dan ayahnya yang sudah di neraka itu?” tanya Ara yang
dibalas gelengan oleh Yuan, semua yang berada di situ hanya mendengarkan apa
yang Ara katakan.
“Lalu kenapa kalian membiarkanku seperti
ini?!” sentak Xuan.
“Karena kami ingin memberikan pelajaran
kepada appa, hyung,” sahut Yuan lirih.
“Tapi kenapa aku yang harus mendapatkan ini
semua?!”
“Kami tidak meninggalkanmu hyung. Kami hanya
tidak ingin appa merasa kesepian walaupun kami menghukumnya, hanya kau yang
bisa aku dan ibu percaya. Tapi, saat kami ingin membawamu, kau sudah bertingkah
tidak kalah bejat dari appa, ” jelas Yuan yang sudah meneteskan air matanya.
Begitu juga Xuan yang sudah menangis marah. Jieun jatuh ke pelukan Hoya, Minri
dan Seulra saling menangis berpelukan.
“Hyung, aku tau kau marah. Tapi tolong jangan
lampiaskan kepada mereka, mereka tidak salah,” Yuan mulai mendekati Xuan.
“Apa katamu? Lalu bagaimana dengan dia?” Xuan
menunjuk Jungsoo, “ Dia yang menyebabkan Youra mati!” pekiknya lagi.
“Itu karena kau melarikan diri! Jika saja kau
tidak kabur, mungkin tembakanku tidak akan salah sasaran,” Jungsoo mulai
menaikkan nada suaranya.
“DIAM KALIANNN!!!!!” Xuan mengeluarkan
pistolnya dan menembakkannya ke atas. Karena takut terjadi sesuatu, Ryeowook
memerintahkan Hoya dan Jieun membawa anak-anaknya, tapi Ara terjebak lagi.
Terjadi
baku tembak antara Jungsoo dan anggotanya dengan Xuan. Karena lelah, takut yang
sudah bercampur emosi membuat Ara berteriak. Xuan tertembak pundak dan kakinya,
membuatnya terkulai di atas lantai yang hampir penuh darah. Anggota Jungsoo
menghampiri Xuan yang sudah pingsan. Dan Jungsoo juga membantu Ara keluar dari
gudang itu. Tapi ternyata Xuan melayangkan pelurunya ke arah Jungsoo. Namun Ara
melindungi Jungsoo, membuat pundak kanan gadis itu mengeluakan darah dan dia
pingsan. Jungsoo tak mau kalah dia menembak Xuan yang terkena ke dadanya dan
akhirnya Xuan menghembuskan nafas terakhir.
5
hari sejak kejadian itu, Ara masih belum sadar sejak operasi pengangkatan
peluru. Dan hari ini, semua keluarga dan juga keluarga Jungsoo kembali
mengunjungi Ara yang masih berbaring pulas. Istri Jungsoo dan Jieun kembali
merapikan kamar di rumah sakit di Seoul itu. Minri dan adik-adiknya masih heran
dengan kedatangan Jungsoo dan istrinya. Sedangkan Jieun, sepertinya dia sudah
mengetahui semuanya.
“Ahjussi... boleh kami bertanya sesuatu?”
kata Seulra terbata. Jungsoo pun mengambiltempat duduk di antara mereka semua.
“Geure. Mwoya?!” Tanya Jungsoo ramah. Saat
yang sama Ryeowook dan Hoya juga duduk dengan mereka.
“Bagaimana Ara bisa mengenal ahjussi
sedangkan kami tidak?” Tanya Hyunsoo yang paling penasaran.
“Baiklah, appa yang akan ceritakan kepada
kalian,”
-Flashback-
“Appa.. kita mau kemana?” Tanya Ara yang masih
baru menggunakan seragam SMP, karena itu hari pertamanya menikmati masa SMP.
“Appa dan Hoya appa akan bertemu sahabat
kami. Karena tadi kau ingin ikut, mau tidak mau kau menurut saja,” kata
Ryeowook yang duduk di bangku pengemudi.
Sesampainya
di sebuah rumah yang dituju mereka bertiga turun. Ara terus mengikuti langkah
kedua appanya. Sesekali dia berdecak kagum melihat rumah itu seperti taman
bermain. Pintu rumah terbuka, terlihat seorang pria dan putranya menyambut
mereka.
“Ahhh.. Jungsoo hyung!!” Ryeowook merangkul
pria itu.
“Aigooo.. Hyukjae, kau begitu tampan hari
ini,” Hoya menyapa anak laki-laki berusia 16 tahun yang berdiri disebelah
appanya.
“Gomawo ahjussi..” sahutnya memamerkan
senyumnya. Ara yang melihat semuanya hanya terheran.
“Ahh.. hyung, ini putri bungsu kami,” kata
Ryeowook memperkenalkan Ara.
“Annyeong ahjussi..” sapa Ara sedikit
membungkukkan tubuh kecilnya.
“Annyeong chagii. Cakkamman, siapa ayahmu?!”
Kata Jungsoo sedikit bercanda.
“Mereka berdua adalah appaku!” jawab Ara kerangkul
kedua tangan appanya membuat keempat namja yang berdiri di situ tertawa.
“Aigooo saeng.. kau sangat lucu,” Hyukjae
menjongkokkan badannya menghadap Ara dan membelai rambut Ara yang dijepitnya.
Mata Ara tak berkedip menatap Hyukjae dan wajahnya juga memerah.
“Yaaa.. sepertinya ada yang jatuh cinta
dengan putramu Hyung,” Hoya terkekeh melihat Ara.
“Appa....” Ara mendengus kesal membuat
Jungsoo dan Ryeowook tertawa.
“Ara~yaa.. sekarang berapa usiamu?” tanya Hyukjae
ramah.
“12 tahun, oppa,” jawab Ara lembut. Hoya, dan
Ryeowook saling melirik menahan tawa.
“Geure, aku sekarang berusia 16, berarti...
aku hanya perlu menunggumu 9 tahun lagi,” kata Hyukjae yang membuat Ara
tercengang, “Appa, kau harus membantuku melamar Ara,” tambahnya lagi.
“Ara, apa kau bersedia menjadi istri putra
ahjussi yang jelek ini?” Tanya Jungsoo sedikit tertawa.
“Kalau oppa berrsedia menungguku, aku juga
bersedia,” sahut Ara menundukkan wajahnya. Ryeowook, Hoya dan Jungsoo tertawa
melihat tingkah anak mereka.
Setelah
bermain di rumah itu, mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan Ara terus
saja mengoceh tentang ketampanan Hyukjae yang membuat Hoya dan Ryeowook
terkekeh.
“Appa.. rahasiakan ini dari Hyunsoo hyung,
Kyuhae oppa, Seulra dan Minri eon!” Pinta Ara memohon.
“Kau tenang saja, kami juga merahasiakan ini
dari eommamu,” sahut Hoya.
“Waeyo?!” tanya Ara.
“Eommamu pernah dikerjai Jungsoo sewaktu kami
SMA dulu, karena kesal eommamu bersumpah jika bertemu dengan orang yang
mengerjainya itu dia akan menyiksanya. Karena tidak ingin terjadi sesuatu, kami
merahasiakanya” jelas Hoya. Ara terkekeh mendengarnya.
Sudah
hapir 6 bulan Ara sering bermain ke rumah Jungsoo, bahkan dia sering menginap
di situ. Ryeowook dan Hoya mengijinkan dan membentu Ara memberi alasan pada Jieun.
Jika Ara ditanya, dia akan bilang akan belajar dan bermain di rumah temannya.
-Flashback off-
“Pantas saja waktu itu dia jarang di rumah
tapi anehnya sejak saat itu prestasinya meningkat,” oceh Kyuhae.
“Tapi semua itu tidak lama,” Sahut Ara yang
ternyata sudah sadar. Mereka semua berhamburan mengelilingi tempat tidur Ara.
-Flashback-
Tingtongg~~~ bel pintu rumah Jungsoo
berbunyi.
“Annyeong ahjumma..” sapa Ara pada istri
Jungsoo.
“Ayo masuk Ara,” ajak istrinya.
“Ahjumma kenapa seminggu ini rumah kosong?
Kalian baru liburan ya?” Tanya Ara yang baru dipersilahkan duduk di kursi
makan, sambil membantu istri Jungsoo mengupas buah.
“Sebenarnya kami baru kembali dari rumah
sakit,”
“Siapa yang sakit ahjumma? Jungsoo ahjussi?”
“Ani.. Hyukjaelah yang sakit,” kata ahjumma
mulai meneteskan air mata.
“Oppa? Dia sakit apa? Kenapa ahjumma
menangis?”
“Sudah 2 tahun dia menderita leukimia. Dan
sekarang penyakitnya itu sudah semakin parah, dokter bilang Hyukjae tidak
memiliki kemungkinan untuk sembuh,” jelas istri Jungsoo terisak.
“Mwo? Oppa?! Kenapa aku baru tahu sekarang?
Apakah appaku tahu?” Ara menangis.
“Mereka semua tahu, hanya saja Hyukjae tidak
menginginkan kau mengetahuinya. Karena semenjak kau datang, hanya kau
temannya,” jelas Ny. Park lirih, “Sekarang kau lebih baik menemaninya, dia
mungkin ada di kamarnya dengan appanya,” pinta Ny. Park sambil memberi sepiring
buah-buahan segar. Ara pun mengangguk
mengiyakan permintaan Ny. Park itu.
Ara
berjalan menuju kamar Hyukjae. Ara mendengar Hyukjae sedang berbicara
dengan Jungsoo appanya. Ternyata Hyukjae
bercerita tentang kedekatannya dengan Ara. Saat Ara kesal karena iya jahili,
saat Ara menangis karena dia mengerjai Ara dengan cara meninggalkannya di taman,
dan saat Ara memanggilnya dengan sebutan ‘Monkey’ dan Hyukjae menyebut Ara
‘Little Banana’.
“Appa.. Seandainya umurku panjang, aku
benar-benar ingin terus bersama Ara. Gadis itu membuatku merasakan indahnya
merasakan kasih sayang saudara sekaligus teman dan lebih dari teman,” jelas
Hyukjae.
“Apa kau benar-benar menyayanginya?” Tanya
Jungsoo.
“Dia dongsaengku yang sebenarnya cinta
pertamaku. Appa berjanjilah, saat aku tak ada kau harus menjaganya seperti
putrimu sendiri untukku,” kata Hyukjae lirih. Mendengar itu Ara meneteskan air
matanya.
“Waahhh... Monkey terserang cinta monyet,”
Jungsoo berusaha mengalihkan pembicaraan. Tersadar, Ara hapus air matanya dan
mengetuk pintu.
“Eoh?! Pisang kecilku kapan kau datang?”
Tanya Hyukjae.
“Sudah lama, tapi aku membantu ahjumma
mengupas buah tadi,” jawab Ara.
“Sepertinya eommamu membutuhkan bantuan di
dapur sana, kau Monkey jangan sampai kehilangan pisang kecilmu itu, bilang saja
walaupun appa rasa kalian belum cukup umur,” sindir Jungsoo.
“Appa!!” pekik Hyukjae, Ara hanya tertunduk
malu. Jungsoo pun keluar, dan Ara mengambil duduk di sebelah tempat tidur
Hyukjae.
“Oppa.. makanlah buah ini selagi masih
segar,” Ara meletakkan piring buah itu di meja kecil di sebelahnya.
“Nde. Hmmm... Ara~yaa, maukah kau duduk
bersandar bersamaku?” Hyukjae meminta Ara naik ke tempat tidurnya. Ara hanya
terdiam, tidak berani menjawab.
“Kau tenang saja saeng~ii. Apa kau tidak
pernah tidur dengan oppamu? Tidak terjadi apapun kan?! Aku juga oppamu Ara,”
jelas Hyukjae, lalu Arapun naik ke kasur itu dan duduk bersandar dengan
Hyukjae, menatap kosong ke arah tv yang tak menyala, dari sana pantulan
bayangan mereka dapat terlihat.
“Dilihat seperti ini kita sangat cocok ya?!”
Cetuk Hyukjae merangkul pundak Ara, sehingga tidak ada jarak antara mereka,
“Aku yakin kau sudah mengetahui semuanya. Tapi berjanjilah padaku, jika sesuatu
terjadi kau tidak boleh melupakanku, dan teruslah bermain dengan appa dan
eommaku.” Hyukjae menatap Ara.
“Oppa.. tidak akan ada yang terjadi,” Ara
menggenggam tangan Hyukjae yang lain, “Orangtuamu juga sudah kuanggap orang
tuaku. Dan kau adalah Monkeyku, oppaku yang sebenarnya cinta pertamaku,” jelas
Ara.
“Hey! Apa kau mendengar pembicaraanku dengan
appa tadi?” selidik Hyukjae.
“Ehhmmm... hanya sedikit,” jawab Ara
terkikik.
“Aisshhh kau ini!” Hyukjae menggelitik Ara,
membuat yeoja itu bergerak tak karuan. Tiba-tiba Ara melihat bintang
bertebaran, diapun meminta Hyukjae berhenti dan keluar menuju balkon kamar
Hyunkjae.
“Huaaa... yeppuyoo!!!!!” Ara berdecak kagum
melihat berjuta bintang itu. Hyukjae keluar sambil membalut Ara dengan selimut.
“Bukan aku yang memakai ini, oppa yang
harusnya memakai ini,” Ara memindahkan selimut itu ke punggung Hyukjae dan
membalut tubuh namja itu.
“Baiklah, kita pakai saja bersama,” Hyukjae
menari Ara, memeluk yeoja itu dari belakang dengan selimut yang mengikat
mereka.
Ara
kaget dan tak bisa berkata apapun, jantungnya berdebar cepat begitupula
Hyukjae. Lama mereka saling terdiam. Jika Ara, ingin membalikkan tubuhnya,
Hyukjae selalu menahannya. Dan akhirnya Hyukjae membuka pembicaraan.
“Pisang kecilku, apakau lelah berdiri di
sini?” Tanya Hyukjae.
“Aniya monyet tempanku,” jawab Ara sambil
menggelengkan kepalanya.
“Pisangku, aku bingung dengan yang kurasakan
sekarang,”
“waeyo? Apa monyetku sakit?”
“Aniya. Aku hanya heran, setiap kali
bersamamu aku merasakan jantungku sangat berdetak cepat yang sering membuat aku
gugup,” jelas Hyukjae.
“Kupikir hanya aku yang seperti itu,” sahut
Ara.
“Apa kau masih mau menepati janji pertama
kita, pisangku?”
“Oppa, itu janji terindah yang pernah
kuterima. Dan satu hal, monyet tidak bisa hidup tanpa pisang dan pisang hidup
karena monyet,” mendengar itu Hyukjae membalikkan badan Ara. Memegang kedua
bahu yeoja itu.
“Aku tahu kita belum pantas melakukan ini,
tapi tuhan tidak memeberiku banyak waktu. Saranghae Ara~yaa..”
“Nado saranghae oppa,” Ara meneteskan air
matanya, karena barusan dia mendengar kata-kata Hyukjae bahwa dia tidak
memiliki waktu yang lama. Hyukjae memeluk Ara lama, seakan takut kehilangan
adik sekaligus sahabat dan first lovenya.
“Jadi aku harus memanggilmu apa sekarang,
saeng? pisangku? atau chagi?” Hyukjae memutar bola matanya.
“Yang pasti, aku akan tetap memanggilmu
monyet!!” cetuk Ara yang masih gugup dan langsung mendapat cubitan di pipinya.
Esok
harinya, Ara terbangun membenarkan tulang-tulangnya arena satu malaman dia
tidur dengan posisi duduk di sebelah tempat tidur Hyukjae. Dia melihat Hyukjae
sudah mengeluarkan banyak darah dari hidungnya. Ara menjerit memanggil Jungsoo
dan istrinya. Hyukjaepun dibawa ke rumah sakit. Tapi, saat dokter yang
memeriksa Hyukae keluar, dokter itu bilang kalau Hyukjae sudah pergi. Ibunya
jatuh pingsan dipelukan Jungsoo. Sedangkan Ara terduduk lemas di saat yang sama
Hoya dan Ryeowook datang.
Ara
tidak mau ikut pulang dengan appanya. Dia masih setia menemani keluarga Jungsoo
di acara pemakan hingga selesai. Dan sejak saat itu Jungsoo benar-benar
menganggap Ara sebagai putrinya. Melatih Ara beladiri, karena saat Jungsoo
latihan Ara terus merengek minta diajarkan.
-Flashback off-
“Jadi karena Hyukjae kau menyukai monyet?
Sampai kamarmu penuh dengan boneka monyet dan peralatanmu gambar monyet?” tanya
Hyunsoo yang dibalas anggukan oleh Ara. Saat yang sama Yuan datang.
“Annyeong.. bagaimana kabarmu Ara?” Tanya
Yuan, “Ini, ibuku membuatkan sup ayam ginseng untukmu,” Yuan pun menyerahkan
kotak yang dia bawa.
“Eohh.. gomawo Yuan oppa. Lalu bagaimana
dengan ibumu? Apa dia masih sedih dengan kepergian Xuan?” tanya Ara.
“Untung saja, ibuku benar-benar merelakan
Xuan. Dan setelah kami pindah ke seoul, dia lebih ceria tanpa perlu mencemaskan
apa yang akan dilakukan Xuan,” jelas Yuan.
“Wuaahh,,, kabae bagus!” pekik Seulra antusias.
“Ehmm.. Yuan oppa mau kah kau menemaniku
jalan-jalan?” Minri mengeluarkan wajah aegyonya.
“Tapi bagaimana dengan Ara?” Tanya Yuan.
“Kalian pergilah, tapi saat kalian kembali
kalian harus membawakanku nasi goreng beijing di restoran Shin ahjussi.” Pinta
Ara.
“Geure saengi, jaljayoo..” Minri melambaikan
tangannya lantas pergi menggandeng tangan Yuan.
“Lihatlah kelakuannya, benar-benar yeoja
aneh,” oceh Hyunsoo sebal.
“Ara~yaa.. eonnie dan Hyunsoo juga harus
pergi, eonnie harus mengikuti bimbingan dari sekolah karena sebentar lagi ada
perlombaan,” jelas Seulra.
“Nde. Kalian juga jangan lupa, kalau kembali
ke sini harus membawakanku coklat yang banyak!” pinta Ara lagi.
“Nde....” sahut Hyunsoo dan Seulra serentak,
lantas pamit dan pergi.
“Kalau begitu ahjussi juga harus pergi karena
masih banyak pekerjaan di kantor dan ahjummamu juga masih harus mengajar,”
Pamit Jungsoo dan istrinya.
“Appa dan Hoya appa juga masih banyak
pekerjaan di kantor yang terus menumpuk” kali ini Ryeowook ikut pamit.
“Nde, tapi kalau ahjussi dan ahjumma akan
datang bawakan aku buah-buahan segar dengan bumbu yang ahjumma racik itu. Dan
appa, bawakan aku mie gelas dan makanan ringan lainnya,” jelas Ara.
“Nde..” semua pun pergi.
“Oppa, apa kau tidak pergi juga?” tanya Ara pada
Kyuhae.
“Eoh?! Anida, aku tidak ada urusan diluar
sana. Lagi pula kalau akau pergi nanti kau kan memintaku membawakan Ice cream
lagi,” jelas Kyuhae.
“Bagaimana bisa kau tau?!” Pekik Ara membuat
Jieun terkekeh.
Berhari-hari
Ara dirawat di rumah sakit. Karena sudah terbiasa, dia bisa tinggal sendirian
di kamarnya, karena dia tahu keluarganya yang lain pasti sibuk dengan urusan
mereka. Ara menghabiskan waktunya dengan menonton, membaca buku, makan, atau
berkeliaran di rumah sakit, saat ini rumah sakit adalah taman bermainnya.
Ara
asik mengerjakan tugas sekolahnya, dia selalu meminta Kyuhae untuk
membawakannya buku-buku yang berisi tugas mereka, setelah tugasnya selesai lalu
Kyuhae mengantarnya lagi. Dia terus berkutat dengan buku dan penanya, dengan kacamata
yang bertengger juga rambut yang sudah dia ikat dan poni yang dijepit. Seulra,
Minri dan Yuan muncul dari balik pintu.
“Aigooo... kau ini sakit tapi sehat ya!”
cetuk Minri melihat bungkus makanan berserakan dan buku-buku yang ternganga di
atas tempat tidur.
“Hehehe..” Ara hanya cengengesan dengan
polosnya.
“Igo, kami bawakan kau ramyun sayur, Shin
ahjussi sengaja membuatkanmu ramyun ini,” Ara langsung menyambar ramyun itu dan
membawanya di sofa yang sudah diduduki Yuan dan Minri.
Ara
terus melahap ramyun itu, tanpa memperdulikan mereka bertiga. Yuan melongo
melihat nafsu makan Ara yang tidak dapat dipercaya. Seulra membaca novel yang
tergeletak di atas buffet, tak mau tau dengan Ara yang masih sadar atau tidak
memakan ramyun itu.
“Ahh!! Aku lupa, bukankah Lee songsaengnim
menyuruh kita latihan untuk olimpiad minggu depan?!” sentak Minri yang
dibarengi anggukan Yuan.
“Nde, kajja kita pergi! Ara~yaa kami pergi
dulu ne, kau dengan Seulra saja,” Kata Yuan menggenggam tangan Minri
*ciuuuiiittt..*. Ya, sekarang Yuan bersekolah di sekolah yang sama dengan
mereka, terlebih Yuan sekelas dan sebangku dengan Minri.
“Nde, kalian berlatihlah, jangan pacaran
terus..” goda Ara dengan mulut yang terisi penuh.
“Dan kau juga jangan makan terus!” sahut
Minri tak kalah.
“Wajar saja eon, aku harus memulihkan
tenagaku karena 5 hari tak sadar itu,”
“Arraseo, arraseo.. Uri kalkhae,” Minri dan
Yuan pun pergi dan berselisih dengan Hyunsoo yang akan masuk ke kamar itu.
“Kau ini! Jangan sampai Zoolu tidak mau
membawamu keliling desa halboji,” cetuk Hyunsoo melihat Ara baru menghentakkan
mangkuk ramyunnya.
“Biarin!” Ara menjulurkan lidahnya, “Ahh ne,
bagaimana dengan halboji dan halmoni?” tanya Ara.
“Mereka senang kau sudah sadar. Jujur saja
kami semua lebih dari panik saat melihat keadaanmu waktu itu. Baju yang sudah
terkoyak dengan bercak darah, hidung dan bibir berdarah, badan kotor dan bau,
dan peluru Xuan membuatmu tak sadar,” jelas Hyunsoo, “Jika saja bajingn itu
masih hidup, sudah kumutilasi dia!” Tambahnya lagi.
“Sudahla hyung, lagipula dia sudah tenang di
sana,” Ara memamerkan senyumnya.
“Xuan adalah orang pertama yang menamparku,
untung saja tuhan menyelamatkannya, kalau tidak dia akan sengsara kubuat,” oceh
Seulra menutup novelnya kasar.
“Sudah! Kyuhae oppa kemana? Kenapa dia tidak
datang?”
“Kau ini sudah seperti halmoni pikunnya. Kau
tahukan di sekolah lagi heboh ada berbagai macam kontes untuk memperingati
ulang tahun sekolah, jadi si Kyuhae itu diminta Kim Jong Woon songsaengnim solo
di acara nanti,” Jelas Hyunsoo.
“Issss... Acara itu pasti membosankan,” Cetuk
Seulra.
“Supaya kalian tidak badmood lagi akan kuajak
kalian berdua ke sebuah tempat cantik di rumah sakit ini,” kata Ara sambil
berdiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar