Kamis, 18 April 2013

Zoo Family ~Power of Love~ Part 3'-')/


Pagi harinya Hyunsoo, Kyuhae dan Ara sudah mengawasi rumah itu dari balik semak-semak. Mereka melihat Yuan mengetuk pintu rumah itu, saat pintu terbuka mereka malah melihat Yuan juga. Yuan yang datang berpakaian seperti petani dan Yuan yang satunya adalah Yuan yang menyambut Yuan yang petani itu. Melihat itu mereka bertiga hanya saling berpandangan.

“Yaa!! Apakah mereka kembar?! Lalu apa hubungan Minri eon dan mereka?” Tanya Ara sambil menatap kedua kakaknya.

“Palli!!! Selagi mereka lengah, kita mungkin bisa masuk ke gudang itu,” Hyunsoo mengalihkan pandangan Ara dan Kyuhae.

           Mereka bertiga mendekati rumah itu, menyelinap masuk ke dalamnya. Saat mereka hendak masuk ke dalam gudang, ternyata kedua Yuan itu sedang berbicara di dalam kamar pribadi mereka. Ara menghentikan langahnya, sedangkan Kyuhae dan Hyunsoo terus masuk ke dalam gudang yang penjaganya sudah pergi sejak tadi agi membawa bahan-bahan terlarang itu. Ara mendengarkan dengan sangat serius apa yang dibicarakan si kembar itu.

“Hyung.. jebal.. jangan lakukan itu pada mereka! Aku menyesal telah memberitahu kau tentang mereka!” kata Yuan yang mungkin bukan Yuan yang tinggal di rumah itu.

“Eoh?! Berarti Yuan yang selama ini dikenal Minri eon itu Yuan yang petani. Lalu yang satu lagi itu kakaknya..” Gumam Ara terus mendengar pembicaraan mereka.

“Ya!! Lee Yuan! Kau pikir kau siapa?! Kau hanya anak appa yang dia buang! Sadarlah.. hidupmu dengan eomma itu jauh dari kata layak! Kembalilah pada kami!” sahut Yuan yang menurut Ara dia kejam.

“Yaaakk!!! Xuan hyung!!! Jangan pernah hina eomma!!!” pekik Yuan kepada hyung yang dia panggil Xuan.

“Keure, arraseo. Tapi bisakah kau membiarkan ku bermain dengan kelima anak itu?!” Kata Xuan dengan nada penuh kelicikan. Ara yang mendengarnya spontan kaget dan berlari tanpa mempedulikan suara gaduh dari hentakan kakinya menuju gudang, di dalam gudang itu Minri dan Seulra berhasil di selamatkan Hyunsoo dan Kyuhae.

           Xuan dan Yuan mendengar hentakan suara kaki Ara, mereka segera masuk ke dalam gudang. Terlihat jelas Minri dan Seulra sudah ditemani Hyunsoo, Kyuhae dan Ara.

“Ahhh... kan jadi gak bisa kabur! ” Oceh Ara menghentakkan kakinya.

“Kalian tidak akan bisa lari dari sini!” Xuan mengeluarkan smirk evilnya. Saat yang sama Yuan datang dan kaget melihat Minri dan adik-adiknya.

“Yuan?!” Minri heran melihat Yuan dan Xuan.

“Kau heran? Dialah Lee Yuan yang sebanarnya,” jelas Xuan sambil mendekati Minri dan Yuan hanya bisa diam, “Dan aku, Lee Xuan” Xuan mengelus rambut Minri, membuat yeoja itu bergidik ngeri.

“YAAAA!!!!! SETAN KAU! JANGAN SENTUH EONNIEKU!!!!” Jerit Ara menunjukkan telunjuknya ke arah Xuan.

“Eoh?! Kau yang paling kecil di sini, tapi nyalimu cukup besar” Sahut Xuan lebih santai namun lebih membuat orang-orang di sekitarnya mematung. Xuan berjalan santai ke arah Ara berdiri. Ara menatanya dalam dan penuh amarah.

“Kau cantik juga,” Kata Xuan memainkan jarinya di wajah Ara.

“Ara!” Hyunsoo mencoba menghentikan tapi dia malah mendapat tatapan tajam Ara. Memberi tahu kalau Ara bisa mengatasinya sendiri. Ara juga memberi kode untuk segera lari dari tempat itu.

“Hyung, aku membutuhkan Jungsoo ahjussi,” kata Ara gemetar sambil melirik Hyunsoo meminta mereka lari dari tempat itu. Melihat itu Hyunsoo menatap Yuan meminta bantuannya dan mereka kabur tanpa menimbulkan suara.

“Jauhkan tangan kotormu itu dari wajahku,” Ara terus menatap Xuan dalam.

“Aku tahu kalau mereka sudah berhasil lari dan sekarang tingal kau di sini. Baiklah, sepertinya tidak ada harapan untukmu Ara-ssi.” Jelas Xuan mendekatkan wajahnya ke wajah Ara dan hampir tidak ada jarak.

“Jangan pernah setitikpun kau menyentuhku! Dan kalau sampai diantara kakakku ada yang terluka sedikit nyawamu yang menjadi taruhannya.” Ancam Ara.

“Apa aku tidak salah dengar adik kecil?!” Xuan meremehkan Ara yang sekarang sudah keluar api dari nafasnya. Apa ada monyet api?! Ntahlaa, hanya di sini kita bisa temukan.

“Yaaaa!!! Lee Xuan-ssi! Kau akan memakan perkataanmu sendiri! KARNA KAU BERANI MEREMEHKAN KU!!!!” Ara jauh terlihat lebih mengerian dari Xuan.

#Paaaarrrrr. Xuan menampar wajah mulus Ara.
“Beraninya kau berteriak terhadapku!” Xuan memasang wajah tak kalah sangar.

“Eoh?! Main fisik kau rupanya?! Oke! Dengan senang hati,” Ara meninju wajah Xuan, membalas tamparan Xuan terhadapnya.

           Terjadi pertarungan sengit antara Ara dan Xuan. Bibir Xuan sudah mengeluarkan darah, bigitupula hidung Ara yang meneteskan darah segar. Tak peduli sudah berapa sakit Ara terus meladeni jika Xuan melayangkan tangannya ke tubuh Ara.
           Di hutan Yuan, Minri, Hyunsoo, Seulra, dan Kyuhae sudah bersembunyi di semak-semak tak jauh dari rumah itu. Berharap Ara keluar menyusul mereka. Tapi, Ara belum melihatkan tanda-tanda kemunculannya. Seulra mengambil inisiatif untuk menghubungi orang tua mereka. Berhasil, mereka terhubung dengan orang tua mereka melalui ponsel Yuan. Minri dan Yuan saling bertatapan dan memamerkan senyum.

“Yaaa! Di saat seperti ini kalian jangan pacaran!” Cetuk Kyuhae sirik. Minri hanya mendengus kesal.

“Ssssttt....” Seulra menengahi pertengkaran kecil itu, memberi tahu kalau Hyunsoo sedang terhubung dengan eomma dan appa mereka.

“Appa.. Ini aku Hyunsoo,” Hyunsoo berbicara dengan panik. Seulra mengelus pundak Hyunsoo menenangkan oppanya itu.

-Yaaa!!! Di mana kalian?!- Terdengar suara Hoya yang mencemaskan anak-anaknya.

“Aku, Minri noona, Seulra, Kyuhae dan juga Yuan, kami semua masih di hutan,” Jawab Hyunsoo tanpa menyebut Ara.

-Hyunsoo! Di mana Ara?! Kau tidak menyebutkannya!! Lalu, kenapa kalian bisa bersama Yuan?! Bukankah dia bajingan yang menculik kalian?- Ryeowook menjerit.

“Ini bukan yang seperti appa pikirkan,” Minri mengambil alih ponsel itu, “Bukan Yuan yang menculik kami, tapi saudara kembarnya, Lee Xuan. Dan Ara, dia masih berurusan dengan Xuan karena kami."

-Bagaimana bisa Ara masih di sana?!- Ryeowook semakin naik pitam.

“Mianhae appa.. Ara yang menyuruh kami untuk pergi menghubungi appa. Ara juga bilang dia membutuhkan bantuan Jungsoo ahjussi. Appa mengenalnya?!”

-Jungsoo?! Geure, beritahu appa di mana kalian sekarang!- Ryeowook mulai tenang. Hyunsoo meminta Yuan untuk menjelaskan di mana mereka sekarang, diapun bersedia.

           Ryeowook menyuruh Hoya untuk menghubungi Jungsoo, ntah siapa pria yang hanya dikenal Ryeowook, Hoya dan Ara. Jieun sebenarnya juga bingung dengan nama Jungsoo yang mereka maksud. Tapi dia tidak memperdulikannya dan kembali fokus kepada perintah Ryeowook yang memintanya menghubungi polisi.
           Di gudang penyekapan yang penuh dengan zat berbahaya itu, Ara sudah terkulai lemas di lantai dan Xuan juga telah bersandar pada dinding dengan penampilan mereka yang sudah berantakan. Ara meneteskan air matanya dan tak bergeming menatap Xuan yang menahan rasa sakit di tangannya karena dipelintir Ara.

“Berani juga kau membuatku seperti ini,” kata Xuan terkesan dingin.

“Itu hukuman untukmu Xuan~sshi.. Karena kau berani menyentuhku dan juga menampar Seulra eonnie sampai wajahnya memar,” sahut Ara tak kalah memamerkan senyum licik kepuasannya.

“Hahahaha... kau bukan siapa-siapanya tapi kau benar-benar mewarisi sifatnya,” Xuan tertawa lebar.

“Apa maksudmu?!” Ara mulai berusaha duduk walaupun darah terus bercucuran dari sudut bibirnya.

“Park Jungsoo! Ahjussi yang kau sebut tadi itu dia bukan? Orang yang mengajarimu beladiri dan orang yang menghancurkan keluargaku!” Xuan mengamuk, dia melempar balok di dekatnya ke arah Ara, untung tidak mengenai Ara.
“Apa maksudmu?! Jangan sekalipun kau meremehkan ahjussiku!!!” Bentak Ara. Tak kuat menahan rasa perih di tubuhnya, Arapun ambruk dan nafasnya terus tersengal deras.

“Anak bodoh! Kau tau betapa menderitanya aku sekarang?! Jungsoo, pria itu membongkar kejahatan ayahku! 5 tahun lalu penderitaan ini dimulai. Ayahku masuk penjara karena ketahuan menyeludupkan obat terlarang ke Singapore. Ibuku yang tahu betapa jahatnya ayahku karena kepala polisi Park itu menceraikannya, ibuku juga tidak tahan terus-menerus dikasari ayahku, dia juga membawa Yuan bersamanya dan meninggalkanku dengan bajingan itu. Yuan tidak sepertiku, dia diberi perhatian oleh ibu, sedangkan aku hanya diperalat oleh tuan Lee Changhong. Setelah ayahku keluar dari penjara, aku ditugaskan menjadi kaki tangannya. Melawan dan membodohi polisi yang selalu kulakukan. Tapi, saat itu.. saat aku bersama dengan satu-satunya orang yang terus berada di sisiku, aku hampir tertangkap oleh Jungsoo dan rekan polisinya. Mereka berusaha menembakku yang akan lari, tapi peluru itu membunuh Youra. Sejak saat itu, aku akan benar-benar menjalankan tugas dari ayahku yang sekarang sudah di neraka dan membalaskan kematian Youra. Terima kasih karena saat itu kau muncul,” jelas Xuan.

“Aku tau betapa sakitnya kehilangan orang yang paling berharga. Tapi aku mohon, jangan sakiti orang yang tidak bersalah Xuan~sshi.. Apa salahku? Apa salah keluargaku? Dan Jungsoo ahjussi tidak bersalah,” Ara terisak.

“Salahmu?! Kau bersalah karena kau adalah putri angkat Jungsoo. Semenjak dia kehilangan Park Hyukjae putra bungsunya kerena kanker itu, kaulah satu-satunya anak baginya dan istrinya,” jelas Xuan sambil bangkit dan berjalan ke arah Ara.

“Ara~sshi.. mungkin hanya kau yang pantas merasakan ini!!!” Jerit Xuan lalu mencekram tangan Ara hingga tubuhnya berdiri tegak.

“AAARRGGHHH!!!!!” Ara terisak kesakitan. Tapi, dia terus berusaha menahan sakitnya cengkraman Xuan dan menatap mata Xuan yang jaraknya tidak lebih dari 10cm sehingga terpaan nafas tersengal Xuan dapat dirasakan wajah Ara.

“Hahahaha... apakah seperti ini caramu memperlakukan seorang yeoja? Pantas saja ibumu meninggalkan kalian, tapi aku heran dengan Youra kenapa dia mau berkorban demi kau?” Jelas Ara yang langsung mendapat hempasan untuk tubuhnya di sofa reot di ruang itu. Xuan yang sudah benar-benar marah memperlakukan Ara semaunya.

“JANGAN MENDEKAT!!!!!” Jerit Ara yang sebenarnya mulai takut.

“Hidupmu mungkin akan berakhir di sini!!” Xuan mengeluarkan pisau dari sakunya. Lalu merobek bagian tangan baju Ara. Tiba-tiba pintu terdobrak, ternyata Kepala polisi Park Jungsoo dengan anggota-anggotanya dan juga keluarga Kim.

“Ara..” Seulra dan Minri terkejut dengan kondisi Ara yang sudah berantakan.

“Apa yang telah kau lakukan dengan dongsaengku?!!!!!” Pekik Kyuhae yang sudah naik pitam. Xuan hanya terkekeh melihatnya. Jungsoo yang sudah bersiap dengan senjatanya mulai mendekati Xuan.

“Jangan ada yang mendekat!” Xuan menodong mereka dengan pisau itu, “Kau!! Kepala polisi Park, bukankah sekarang Ara adalah putrimu?! Walaupun dia bukan sedarah denganmu tapi kau dan keluargamu menyayanginya bukan?” Xuan berkata dingin.

“Tolong, jangan sakiti Ara,” kata Jungsoo lirih.

“Jangan sekalipun kau sentuh putriku!!!!” Pekik Ryeowook penuh emosi.

“Appa, ahjussi, eomma, kalian tidak perlu membuang tenaga seperti ini. Orang ini tidak punya hati, jadi percuma saja,” kata Ara yang membuat Xuan terdiam.

“Mworago?!” Xuan membalikkan badanya menghadap Ara.

“Ayahmu! Ayahmu adalah penyebab semuanya! Kalian berdua tidak bersyukur mempunyai orang-orang yang menyayangi kalian. Ibumu dan Yuan, aku yakin mereka tidak meninggalkan kalian karena membenci kalian,” jelas Ara yang membuat Yuan menatapnya, “Yuan oppa, apakah kau dan ibumu membenci namja ini dan ayahnya yang sudah di neraka itu?” tanya Ara yang dibalas gelengan oleh Yuan, semua yang berada di situ hanya mendengarkan apa yang Ara katakan.

“Lalu kenapa kalian membiarkanku seperti ini?!” sentak Xuan.

“Karena kami ingin memberikan pelajaran kepada appa, hyung,” sahut Yuan lirih.

“Tapi kenapa aku yang harus mendapatkan ini semua?!”

“Kami tidak meninggalkanmu hyung. Kami hanya tidak ingin appa merasa kesepian walaupun kami menghukumnya, hanya kau yang bisa aku dan ibu percaya. Tapi, saat kami ingin membawamu, kau sudah bertingkah tidak kalah bejat dari appa, ” jelas Yuan yang sudah meneteskan air matanya. Begitu juga Xuan yang sudah menangis marah. Jieun jatuh ke pelukan Hoya, Minri dan Seulra saling menangis berpelukan.

“Hyung, aku tau kau marah. Tapi tolong jangan lampiaskan kepada mereka, mereka tidak salah,” Yuan mulai mendekati Xuan.

“Apa katamu? Lalu bagaimana dengan dia?” Xuan menunjuk Jungsoo, “ Dia yang menyebabkan Youra mati!” pekiknya lagi.

“Itu karena kau melarikan diri! Jika saja kau tidak kabur, mungkin tembakanku tidak akan salah sasaran,” Jungsoo mulai menaikkan nada suaranya.

“DIAM KALIANNN!!!!!” Xuan mengeluarkan pistolnya dan menembakkannya ke atas. Karena takut terjadi sesuatu, Ryeowook memerintahkan Hoya dan Jieun membawa anak-anaknya, tapi Ara terjebak lagi.

           Terjadi baku tembak antara Jungsoo dan anggotanya dengan Xuan. Karena lelah, takut yang sudah bercampur emosi membuat Ara berteriak. Xuan tertembak pundak dan kakinya, membuatnya terkulai di atas lantai yang hampir penuh darah. Anggota Jungsoo menghampiri Xuan yang sudah pingsan. Dan Jungsoo juga membantu Ara keluar dari gudang itu. Tapi ternyata Xuan melayangkan pelurunya ke arah Jungsoo. Namun Ara melindungi Jungsoo, membuat pundak kanan gadis itu mengeluakan darah dan dia pingsan. Jungsoo tak mau kalah dia menembak Xuan yang terkena ke dadanya dan akhirnya Xuan menghembuskan nafas terakhir.
           5 hari sejak kejadian itu, Ara masih belum sadar sejak operasi pengangkatan peluru. Dan hari ini, semua keluarga dan juga keluarga Jungsoo kembali mengunjungi Ara yang masih berbaring pulas. Istri Jungsoo dan Jieun kembali merapikan kamar di rumah sakit di Seoul itu. Minri dan adik-adiknya masih heran dengan kedatangan Jungsoo dan istrinya. Sedangkan Jieun, sepertinya dia sudah mengetahui semuanya.

“Ahjussi... boleh kami bertanya sesuatu?” kata Seulra terbata. Jungsoo pun mengambiltempat duduk di antara mereka semua.

“Geure. Mwoya?!” Tanya Jungsoo ramah. Saat yang sama Ryeowook dan Hoya juga duduk dengan mereka.

“Bagaimana Ara bisa mengenal ahjussi sedangkan kami tidak?” Tanya Hyunsoo yang paling penasaran.

“Baiklah, appa yang akan ceritakan kepada kalian,”

-Flashback-

“Appa.. kita mau kemana?” Tanya Ara yang masih baru menggunakan seragam SMP, karena itu hari pertamanya menikmati masa SMP.

“Appa dan Hoya appa akan bertemu sahabat kami. Karena tadi kau ingin ikut, mau tidak mau kau menurut saja,” kata Ryeowook yang duduk di bangku pengemudi.

           Sesampainya di sebuah rumah yang dituju mereka bertiga turun. Ara terus mengikuti langkah kedua appanya. Sesekali dia berdecak kagum melihat rumah itu seperti taman bermain. Pintu rumah terbuka, terlihat seorang pria dan putranya menyambut mereka.

“Ahhh.. Jungsoo hyung!!” Ryeowook merangkul pria itu.

“Aigooo.. Hyukjae, kau begitu tampan hari ini,” Hoya menyapa anak laki-laki berusia 16 tahun yang berdiri disebelah appanya.

“Gomawo ahjussi..” sahutnya memamerkan senyumnya. Ara yang melihat semuanya hanya terheran.

“Ahh.. hyung, ini putri bungsu kami,” kata Ryeowook memperkenalkan Ara.

“Annyeong ahjussi..” sapa Ara sedikit membungkukkan tubuh kecilnya.

“Annyeong chagii. Cakkamman, siapa ayahmu?!” Kata Jungsoo sedikit bercanda.

“Mereka berdua adalah appaku!” jawab Ara kerangkul kedua tangan appanya membuat keempat namja yang berdiri di situ tertawa.

“Aigooo saeng.. kau sangat lucu,” Hyukjae menjongkokkan badannya menghadap Ara dan membelai rambut Ara yang dijepitnya. Mata Ara tak berkedip menatap Hyukjae dan wajahnya juga memerah.

“Yaaa.. sepertinya ada yang jatuh cinta dengan putramu Hyung,” Hoya terkekeh melihat Ara.

“Appa....” Ara mendengus kesal membuat Jungsoo dan Ryeowook tertawa.

“Ara~yaa.. sekarang berapa usiamu?” tanya Hyukjae ramah.

“12 tahun, oppa,” jawab Ara lembut. Hoya, dan Ryeowook saling melirik menahan tawa.

“Geure, aku sekarang berusia 16, berarti... aku hanya perlu menunggumu 9 tahun lagi,” kata Hyukjae yang membuat Ara tercengang, “Appa, kau harus membantuku melamar Ara,” tambahnya lagi.

“Ara, apa kau bersedia menjadi istri putra ahjussi yang jelek ini?” Tanya Jungsoo sedikit tertawa.

“Kalau oppa berrsedia menungguku, aku juga bersedia,” sahut Ara menundukkan wajahnya. Ryeowook, Hoya dan Jungsoo tertawa melihat tingkah anak mereka.

           Setelah bermain di rumah itu, mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan Ara terus saja mengoceh tentang ketampanan Hyukjae yang membuat Hoya dan Ryeowook terkekeh.

“Appa.. rahasiakan ini dari Hyunsoo hyung, Kyuhae oppa, Seulra dan Minri eon!” Pinta Ara memohon.

“Kau tenang saja, kami juga merahasiakan ini dari eommamu,” sahut Hoya.

“Waeyo?!” tanya Ara.

“Eommamu pernah dikerjai Jungsoo sewaktu kami SMA dulu, karena kesal eommamu bersumpah jika bertemu dengan orang yang mengerjainya itu dia akan menyiksanya. Karena tidak ingin terjadi sesuatu, kami merahasiakanya” jelas Hoya. Ara terkekeh mendengarnya.

           Sudah hapir 6 bulan Ara sering bermain ke rumah Jungsoo, bahkan dia sering menginap di situ. Ryeowook dan Hoya mengijinkan dan membentu Ara memberi alasan pada Jieun. Jika Ara ditanya, dia akan bilang akan belajar dan bermain di rumah temannya.

-Flashback off-

“Pantas saja waktu itu dia jarang di rumah tapi anehnya sejak saat itu prestasinya meningkat,” oceh Kyuhae.

“Tapi semua itu tidak lama,” Sahut Ara yang ternyata sudah sadar. Mereka semua berhamburan mengelilingi tempat tidur Ara.

-Flashback-

Tingtongg~~~ bel pintu rumah Jungsoo berbunyi.

“Annyeong ahjumma..” sapa Ara pada istri Jungsoo.

“Ayo masuk Ara,” ajak istrinya.

“Ahjumma kenapa seminggu ini rumah kosong? Kalian baru liburan ya?” Tanya Ara yang baru dipersilahkan duduk di kursi makan, sambil membantu istri Jungsoo mengupas buah.

“Sebenarnya kami baru kembali dari rumah sakit,”

“Siapa yang sakit ahjumma? Jungsoo ahjussi?”

“Ani.. Hyukjaelah yang sakit,” kata ahjumma mulai meneteskan air mata.

“Oppa? Dia sakit apa? Kenapa ahjumma menangis?”

“Sudah 2 tahun dia menderita leukimia. Dan sekarang penyakitnya itu sudah semakin parah, dokter bilang Hyukjae tidak memiliki kemungkinan untuk sembuh,” jelas istri Jungsoo terisak.

“Mwo? Oppa?! Kenapa aku baru tahu sekarang? Apakah appaku tahu?” Ara menangis.

“Mereka semua tahu, hanya saja Hyukjae tidak menginginkan kau mengetahuinya. Karena semenjak kau datang, hanya kau temannya,” jelas Ny. Park lirih, “Sekarang kau lebih baik menemaninya, dia mungkin ada di kamarnya dengan appanya,” pinta Ny. Park sambil memberi sepiring buah-buahan segar. Ara pun mengangguk  mengiyakan permintaan Ny. Park itu.

           Ara berjalan menuju kamar Hyukjae. Ara mendengar Hyukjae sedang berbicara dengan  Jungsoo appanya. Ternyata Hyukjae bercerita tentang kedekatannya dengan Ara. Saat Ara kesal karena iya jahili, saat Ara menangis karena dia mengerjai Ara dengan cara meninggalkannya di taman, dan saat Ara memanggilnya dengan sebutan ‘Monkey’ dan Hyukjae menyebut Ara ‘Little Banana’.

“Appa.. Seandainya umurku panjang, aku benar-benar ingin terus bersama Ara. Gadis itu membuatku merasakan indahnya merasakan kasih sayang saudara sekaligus teman dan lebih dari teman,” jelas Hyukjae.

“Apa kau benar-benar menyayanginya?” Tanya Jungsoo.

“Dia dongsaengku yang sebenarnya cinta pertamaku. Appa berjanjilah, saat aku tak ada kau harus menjaganya seperti putrimu sendiri untukku,” kata Hyukjae lirih. Mendengar itu Ara meneteskan air matanya.

“Waahhh... Monkey terserang cinta monyet,” Jungsoo berusaha mengalihkan pembicaraan. Tersadar, Ara hapus air matanya dan mengetuk pintu.

“Eoh?! Pisang kecilku kapan kau datang?” Tanya Hyukjae.

“Sudah lama, tapi aku membantu ahjumma mengupas buah tadi,” jawab Ara.

“Sepertinya eommamu membutuhkan bantuan di dapur sana, kau Monkey jangan sampai kehilangan pisang kecilmu itu, bilang saja walaupun appa rasa kalian belum cukup umur,” sindir Jungsoo.

“Appa!!” pekik Hyukjae, Ara hanya tertunduk malu. Jungsoo pun keluar, dan Ara mengambil duduk di sebelah tempat tidur Hyukjae.

“Oppa.. makanlah buah ini selagi masih segar,” Ara meletakkan piring buah itu di meja kecil di sebelahnya.

“Nde. Hmmm... Ara~yaa, maukah kau duduk bersandar bersamaku?” Hyukjae meminta Ara naik ke tempat tidurnya. Ara hanya terdiam, tidak berani menjawab.

“Kau tenang saja saeng~ii. Apa kau tidak pernah tidur dengan oppamu? Tidak terjadi apapun kan?! Aku juga oppamu Ara,” jelas Hyukjae, lalu Arapun naik ke kasur itu dan duduk bersandar dengan Hyukjae, menatap kosong ke arah tv yang tak menyala, dari sana pantulan bayangan mereka dapat terlihat.

“Dilihat seperti ini kita sangat cocok ya?!” Cetuk Hyukjae merangkul pundak Ara, sehingga tidak ada jarak antara mereka, “Aku yakin kau sudah mengetahui semuanya. Tapi berjanjilah padaku, jika sesuatu terjadi kau tidak boleh melupakanku, dan teruslah bermain dengan appa dan eommaku.” Hyukjae menatap Ara.

“Oppa.. tidak akan ada yang terjadi,” Ara menggenggam tangan Hyukjae yang lain, “Orangtuamu juga sudah kuanggap orang tuaku. Dan kau adalah Monkeyku, oppaku yang sebenarnya cinta pertamaku,” jelas Ara.

“Hey! Apa kau mendengar pembicaraanku dengan appa tadi?” selidik Hyukjae.

“Ehhmmm... hanya sedikit,” jawab Ara terkikik.

“Aisshhh kau ini!” Hyukjae menggelitik Ara, membuat yeoja itu bergerak tak karuan. Tiba-tiba Ara melihat bintang bertebaran, diapun meminta Hyukjae berhenti dan keluar menuju balkon kamar Hyunkjae.

“Huaaa... yeppuyoo!!!!!” Ara berdecak kagum melihat berjuta bintang itu. Hyukjae keluar sambil membalut Ara dengan selimut.

“Bukan aku yang memakai ini, oppa yang harusnya memakai ini,” Ara memindahkan selimut itu ke punggung Hyukjae dan membalut tubuh namja itu.

“Baiklah, kita pakai saja bersama,” Hyukjae menari Ara, memeluk yeoja itu dari belakang dengan selimut yang mengikat mereka.

           Ara kaget dan tak bisa berkata apapun, jantungnya berdebar cepat begitupula Hyukjae. Lama mereka saling terdiam. Jika Ara, ingin membalikkan tubuhnya, Hyukjae selalu menahannya. Dan akhirnya Hyukjae membuka pembicaraan.

“Pisang kecilku, apakau lelah berdiri di sini?” Tanya Hyukjae.

“Aniya monyet tempanku,” jawab Ara sambil menggelengkan kepalanya.

“Pisangku, aku bingung dengan yang kurasakan sekarang,”

“waeyo? Apa monyetku sakit?”

“Aniya. Aku hanya heran, setiap kali bersamamu aku merasakan jantungku sangat berdetak cepat yang sering membuat aku gugup,” jelas Hyukjae.

“Kupikir hanya aku yang seperti itu,” sahut Ara.

“Apa kau masih mau menepati janji pertama kita, pisangku?”

“Oppa, itu janji terindah yang pernah kuterima. Dan satu hal, monyet tidak bisa hidup tanpa pisang dan pisang hidup karena monyet,” mendengar itu Hyukjae membalikkan badan Ara. Memegang kedua bahu yeoja itu.

“Aku tahu kita belum pantas melakukan ini, tapi tuhan tidak memeberiku banyak waktu. Saranghae Ara~yaa..”

“Nado saranghae oppa,” Ara meneteskan air matanya, karena barusan dia mendengar kata-kata Hyukjae bahwa dia tidak memiliki waktu yang lama. Hyukjae memeluk Ara lama, seakan takut kehilangan adik sekaligus sahabat dan first lovenya.

“Jadi aku harus memanggilmu apa sekarang, saeng? pisangku? atau chagi?” Hyukjae memutar bola matanya.

“Yang pasti, aku akan tetap memanggilmu monyet!!” cetuk Ara yang masih gugup dan langsung mendapat cubitan di pipinya.

           Esok harinya, Ara terbangun membenarkan tulang-tulangnya arena satu malaman dia tidur dengan posisi duduk di sebelah tempat tidur Hyukjae. Dia melihat Hyukjae sudah mengeluarkan banyak darah dari hidungnya. Ara menjerit memanggil Jungsoo dan istrinya. Hyukjaepun dibawa ke rumah sakit. Tapi, saat dokter yang memeriksa Hyukae keluar, dokter itu bilang kalau Hyukjae sudah pergi. Ibunya jatuh pingsan dipelukan Jungsoo. Sedangkan Ara terduduk lemas di saat yang sama Hoya dan Ryeowook datang.
           Ara tidak mau ikut pulang dengan appanya. Dia masih setia menemani keluarga Jungsoo di acara pemakan hingga selesai. Dan sejak saat itu Jungsoo benar-benar menganggap Ara sebagai putrinya. Melatih Ara beladiri, karena saat Jungsoo latihan Ara terus merengek minta diajarkan.

-Flashback off-

“Jadi karena Hyukjae kau menyukai monyet? Sampai kamarmu penuh dengan boneka monyet dan peralatanmu gambar monyet?” tanya Hyunsoo yang dibalas anggukan oleh Ara. Saat yang sama Yuan datang.

“Annyeong.. bagaimana kabarmu Ara?” Tanya Yuan, “Ini, ibuku membuatkan sup ayam ginseng untukmu,” Yuan pun menyerahkan kotak yang dia bawa.

“Eohh.. gomawo Yuan oppa. Lalu bagaimana dengan ibumu? Apa dia masih sedih dengan kepergian Xuan?” tanya Ara.

“Untung saja, ibuku benar-benar merelakan Xuan. Dan setelah kami pindah ke seoul, dia lebih ceria tanpa perlu mencemaskan apa yang akan dilakukan Xuan,” jelas Yuan.

“Wuaahh,,, kabae bagus!” pekik Seulra antusias.

“Ehmm.. Yuan oppa mau kah kau menemaniku jalan-jalan?” Minri mengeluarkan wajah aegyonya.

“Tapi bagaimana dengan Ara?” Tanya Yuan.

“Kalian pergilah, tapi saat kalian kembali kalian harus membawakanku nasi goreng beijing di restoran Shin ahjussi.” Pinta Ara.

“Geure saengi, jaljayoo..” Minri melambaikan tangannya lantas pergi menggandeng tangan Yuan.

“Lihatlah kelakuannya, benar-benar yeoja aneh,” oceh Hyunsoo sebal.

“Ara~yaa.. eonnie dan Hyunsoo juga harus pergi, eonnie harus mengikuti bimbingan dari sekolah karena sebentar lagi ada perlombaan,” jelas Seulra.

“Nde. Kalian juga jangan lupa, kalau kembali ke sini harus membawakanku coklat yang banyak!” pinta Ara lagi.

“Nde....” sahut Hyunsoo dan Seulra serentak, lantas pamit dan pergi.

“Kalau begitu ahjussi juga harus pergi karena masih banyak pekerjaan di kantor dan ahjummamu juga masih harus mengajar,” Pamit Jungsoo dan istrinya.

“Appa dan Hoya appa juga masih banyak pekerjaan di kantor yang terus menumpuk” kali ini Ryeowook ikut pamit.

“Nde, tapi kalau ahjussi dan ahjumma akan datang bawakan aku buah-buahan segar dengan bumbu yang ahjumma racik itu. Dan appa, bawakan aku mie gelas dan makanan ringan lainnya,” jelas Ara.

“Nde..” semua pun pergi.

“Oppa, apa kau tidak pergi juga?” tanya Ara pada Kyuhae.

“Eoh?! Anida, aku tidak ada urusan diluar sana. Lagi pula kalau akau pergi nanti kau kan memintaku membawakan Ice cream lagi,” jelas Kyuhae.

“Bagaimana bisa kau tau?!” Pekik Ara membuat Jieun terkekeh.

           Berhari-hari Ara dirawat di rumah sakit. Karena sudah terbiasa, dia bisa tinggal sendirian di kamarnya, karena dia tahu keluarganya yang lain pasti sibuk dengan urusan mereka. Ara menghabiskan waktunya dengan menonton, membaca buku, makan, atau berkeliaran di rumah sakit, saat ini rumah sakit adalah taman bermainnya.
           Ara asik mengerjakan tugas sekolahnya, dia selalu meminta Kyuhae untuk membawakannya buku-buku yang berisi tugas mereka, setelah tugasnya selesai lalu Kyuhae mengantarnya lagi. Dia terus berkutat dengan buku dan penanya, dengan kacamata yang bertengger juga rambut yang sudah dia ikat dan poni yang dijepit. Seulra, Minri dan Yuan muncul dari balik pintu.

“Aigooo... kau ini sakit tapi sehat ya!” cetuk Minri melihat bungkus makanan berserakan dan buku-buku yang ternganga di atas tempat tidur.

“Hehehe..” Ara hanya cengengesan dengan polosnya.

“Igo, kami bawakan kau ramyun sayur, Shin ahjussi sengaja membuatkanmu ramyun ini,” Ara langsung menyambar ramyun itu dan membawanya di sofa yang sudah diduduki Yuan dan Minri.

           Ara terus melahap ramyun itu, tanpa memperdulikan mereka bertiga. Yuan melongo melihat nafsu makan Ara yang tidak dapat dipercaya. Seulra membaca novel yang tergeletak di atas buffet, tak mau tau dengan Ara yang masih sadar atau tidak memakan ramyun itu.

“Ahh!! Aku lupa, bukankah Lee songsaengnim menyuruh kita latihan untuk olimpiad minggu depan?!” sentak Minri yang dibarengi anggukan Yuan.

“Nde, kajja kita pergi! Ara~yaa kami pergi dulu ne, kau dengan Seulra saja,” Kata Yuan menggenggam tangan Minri *ciuuuiiittt..*. Ya, sekarang Yuan bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka, terlebih Yuan sekelas dan sebangku dengan Minri.

“Nde, kalian berlatihlah, jangan pacaran terus..” goda Ara dengan mulut yang terisi penuh.

“Dan kau juga jangan makan terus!” sahut Minri tak kalah.

“Wajar saja eon, aku harus memulihkan tenagaku karena 5 hari tak sadar itu,”

“Arraseo, arraseo.. Uri kalkhae,” Minri dan Yuan pun pergi dan berselisih dengan Hyunsoo yang akan masuk ke kamar itu.

“Kau ini! Jangan sampai Zoolu tidak mau membawamu keliling desa halboji,” cetuk Hyunsoo melihat Ara baru menghentakkan mangkuk ramyunnya.

“Biarin!” Ara menjulurkan lidahnya, “Ahh ne, bagaimana dengan halboji dan halmoni?” tanya Ara.

“Mereka senang kau sudah sadar. Jujur saja kami semua lebih dari panik saat melihat keadaanmu waktu itu. Baju yang sudah terkoyak dengan bercak darah, hidung dan bibir berdarah, badan kotor dan bau, dan peluru Xuan membuatmu tak sadar,” jelas Hyunsoo, “Jika saja bajingn itu masih hidup, sudah kumutilasi dia!” Tambahnya lagi.

“Sudahla hyung, lagipula dia sudah tenang di sana,” Ara memamerkan senyumnya.

“Xuan adalah orang pertama yang menamparku, untung saja tuhan menyelamatkannya, kalau tidak dia akan sengsara kubuat,” oceh Seulra menutup novelnya kasar.

“Sudah! Kyuhae oppa kemana? Kenapa dia tidak datang?”

“Kau ini sudah seperti halmoni pikunnya. Kau tahukan di sekolah lagi heboh ada berbagai macam kontes untuk memperingati ulang tahun sekolah, jadi si Kyuhae itu diminta Kim Jong Woon songsaengnim solo di acara nanti,” Jelas Hyunsoo.

“Issss... Acara itu pasti membosankan,” Cetuk Seulra.

“Supaya kalian tidak badmood lagi akan kuajak kalian berdua ke sebuah tempat cantik di rumah sakit ini,” kata Ara sambil berdiri.

“Eodiseo?” Tanya Hyunsoo. Ara hanya berlalu membuat hyung dan eonnienya mengikuti langkahnya.

Rabu, 03 April 2013

Zoo Family ~Power of Love~ Part 2'-')/


“Oppa..” Ara menahan Kyuhae yang sudah berdiri dan ingin masuk. “Aku takut terjadi sesuatu..”Sambung Ara lirih.

“Gwenchana Ara-yaa.. Apapun yang buruk aku yakin tidak terjadi.” Sahut Kyuhae menenangkan yeodongsaengnya ini.

“Ne oppa.. Arraseo!”Kyuhae dan Ara pun menyusul yang lainnya yang sudah masuk ke kamar masing-masing.


-skip-

           Pagi harinya semua orang terlihat sangat sibuk. Halmoni dan Jieun sibuk menyiapkan makanan, Hoya dan Wookie menyiapkan api di tungku, Halboji memberi makan Zoolu, Kyuhae menimba air, Minri menyapu halaman, dan Seulra sibuk merapikan tanaman-tanaman di sana. Tiba-tiba, terdengar suara gaduh, siapa lagi kalau bukan Hyunsoo yang baru keluar dari hanok. Namja ini berlari seperti kuda lagi nyari WC umum(?).

“Yakkk!!!!! SIAPA DI DALAM!!!” Hyunsoo berteriak menggedor pintu kamar mandi yang sudah reot itu.

“NANEUN!!! Waeyo hyung?!” Sahut monyet.. *ehh- --skip ulang--  Sahut manusia dari dalam kamar mandi itu.

“Ara-yaa.. Jebal palliwa!!! Euuugghhkkkk...” Muka Hyunsoo memerah menahan sesuatu(?) yang tidak pernah terduga kehadirannya.

“Aigooo hyung!!! Aku masih mandi!!!! Kau lebih baik pergi ke kebun belakang, buat saja JAMBAN(?) darurat di sana! Saat ini aku tidak mungkin keluar secepat yang kau harapkan!” Dengan santainya Ara memijat kepalanya yang masih penuh busa.

“YAAKK!!!!! JINJJAAA!!!!!! TUHANN... kenapa kau memberikan aku cobaan yang cukup berat pagi ini?!” Hyunsoo berdoa dengan sedihnya menahan pup yang sudah diujung jalan(?). “Ahhhhkkkk...” Hyunsoo berlari secepat kilat menuju kebun belakang.

“Eohh... Eomma, untuk pertama dan terakhir aku bertanya. Sewaktu eomma hamil Hyunsoo dan Ara eomma ngidam apa sih?!” Minri menghentikan aktifitasnya sebentar.

“Seingat eomma, waktu hamil Hyunsoo eomma ngidam tokek rebus(?) dan waktu hamil Ara eomma ngidam pepes cicak(?).” Jawab Jieun santai.

“MWO??!!!” Ketiga anaknya kaget seperti mendengar halilintar yang cetarrr-membahana-badai-topan-tsunami-gempa-bumi gonjang ganjing! *abaikan!*.

“Pantas saja mereka berdua seperti itu. Lalu? Bagaimana dengan kami?!” Tanya Kyuhae. Kedua noonanya HHC.

“Kalian?! Eomma kalian tidak menginginkan hal-hal yang aneh seperti Hyunsoo dan Ara. Tapi, appa kalian menjadi korban saat jam 1 malam harus mencari buah Durian dan Melon” Jelas Hoya dan Wookie menganggukkan kepalanya.

“Eohh.. itu sih derita Appa laa yaw!” ledek Seulra puas.

“Aisshhh... dasar kau Seulra!” Halboji tiba-tiba datang dan memukul kepala Seulra dengan kipasnya.

“Bukan appa yang memukul mu chagiyaa..” Ledek Hoya dan Wookie serentak. Seulra memasang wajah manyunnya. Akhirnya, Zoolu tertawa puas(?)

“Yakk!! Apa yang kalian bicarakan?!” Ara menghampiri mereka semua. Hyunsoo juga datang, sepertinya dia sudah selesai membuat dan menggunakan jamban karyanya sendiri.

*Pleetaakkk* Jitakan halus mendarat di kepala Ara.

“Yaaikkss!! Appoyo!!!” pekiknya mengelus kepalanya. Ternyata pelakunya adalah Hyunsoo.

“Hehe mianhae!” Hyunsoo hanya cengengesan tak jelas. Karena emosi sudah memuncah Ara tiba-tba melompat.

“Ciaaaaatttt..” Ara mendarat tepat di sebelah Hyunsoo, dia jambak rambut namja itu, dia pites-pites.

“Yaakkk!!!” Tak mau kalah Hyunsoo menggelitiki Ara. Titik kelemahan yeoja ini.

“Aaaaaa.... Hyung!!!!!” Ara berlari ke arah Halboji minta perlindungan. Untung halboji berbaik hati melindungi Ara sehingga Hyunso mengurungkan niatnya. Tapi.. karena terlalu baik.. Halboji mendaratkan kipasnya di kepala kedua cucunya ini. Lagi dan lagi.. Zoolu ngakak sampe guling-guling masa’-‘)/

-skip-

“Ara-yaa!! Palli!!!” Teriak Hyunsoo, nada suaranya tidak terdengar seperti orang marah.

“Nde hyung!!” sahut Ara dari dalam sana.

“Tadi saja perang!” Seulra sepertinya menyindir Hyunsoo yang berdiri antara mereka. Kyuhae dan Minri menahan tawanya.

“Wae?! Apa ada yang ganjal?!” Tanya Ara yang baru datang dan Hyunsoo hanya mendengus kesal ke arah Seulra.

“Mwo?” Seulra tetep tidak berhenti meledek Hyunsoo, ya karna itu hoby yang paling menyenangkan katanya.

“Aniyaa saengi..” Jawab Hyunsoo sok malaikat. “Kajja! Kita pergi sekarang! Kami pergi!!!” Hyunsoo sedikit mengeraskan suaraya pamit kepada eomma dan para tetua di sana.

“Hati-hati!! Kalian cepatlah kembali!!” Sahut eomma dan halmoni.

“Ndee!!!” Mereka pun keluar dari perkarangan rumah itu.

           Seperti biasa Ara sibuk mengabadikan momen-momen ini. Jepret sana-sini, tidak hanya mereka tapi juga siput di foto sama Ara. Tapi saat Ara berjalan tergesa menyusul yang lainnya yang sudah berjalan di depan sana, tiba-tiba saja ada yang menabraknya sehingga Ara terjatuh. Ternyata seorang namja, tapi dia memakai cuping yang lebar, sehingga kerna sinar matahari wajahnya tidak kelihatan. Namja tersebut membantu Ara bersdiri dan berkali-kali mengatakan maaf. Setelah itu, dia berjalan tergesa seperti mengejar sesuatu.

“Juisunghabnida ahgassi..”

“Aneh! Sepertinya aku pernah melihatnya. Keunde.. eodiseo?!” Ara bergumam sedirian. Dia sadar kalau dia sudah di tinggal yang lainya. “Yakk!! Tunggu aku!!!” teriak Ara melupakan namja asing tadi.


“Yakk! Kenapa kalian meninggalkan ku?!” Ara memasang muka bete+galau nya.

“Aniya.. tidak ada yang meninggalkanmu. Kau saja yang jalannya lamban.” Jawab Minri santai. “Yakk! Cepat ambil foto kami! Selagi kita di hutan pinus ini!” sambung Minri memerintah Ara.

“Arraseo!”


           Mereka sudah jalan cukup dalam di hutan pinus itu. Matahari juga mulai hilang. Pastinya, hari makin gelap. Sepertinya mereka tersesat. Seulra dan Minri memasang wajah ketakutan.

“Yaa!!! Kita sudah sangat jauh berjalan.. hari sudah hampir malam. Ayo kita pulang!” Seulra mulai takut dengan keadaan di sekelilingnya.

“Kajja!” Sahut Hyunso dan Minri serentak. Tapi Seulra, Kyuhae, dan Ara hanya diam mematung.

“Hyung.. sepertinya kita tersesat!” kali ini Kyuhae bicara dengan nada yang sangat pelan.

“Aigooo ottokhae?! Harinya makin gelap” Minri dan Seulra saling merangkul satu sama lain.

           Ara mengeluarkan 2 senter dari tasnya. Hyunsoo dan Kyuhae mengeluarkan ponsel, tapi sayang tidak terjangkau signal di sana, sehingga mereka tidak bisa menghubungi para tetua. Hyunsoo dan Kyuhae memberi aba-aba untuk jalan melalui jalan mereka tadi. Tapi karna ini hutan pinus, mereka rasa mereka hanya berputar-putar di situ saja.

“Aku lelah dan juga lapar..” Minri dan seulra terduduk lemas.

“Ige..” Kyuhae mengeluarkan 5 bungkus roti yang dia bawa.

“Sekarang satu-satunya cara adalah kita harus cari tempat aman untuk mendirikan tenda. Malam ini kita tidur di sini.” Ara mengambil keputusan. Dan dia menyenter sekelilingnya. “Di sana! Sepertinya bagus untuk membangun tenda!” Ara memakan rotinya sambil berjalan ke tempat yang dia maksud.

“Hyunsoo hyung, Kyuhae oppa bantu aku!” Printah sang magnae kece ini.

“Yakk!!! Bagaimana bisa kau mempersiap kan ini saeng?!” Tanya Seulra yang heran.

“Tadinya aku hana iseng membawa ini. Tapi ternyata, ini benar-benar di butuhkan.” Jawab Ara sambil mendirikan tenda.

“Tapi bagaimana kalau ada hewan buas?!” Seulra masih tidak yakin dengan keputusan Ara. Ara berjalan mengambil sesuatu dari tasnya.

“Ini! Taburkan garam ini di sekeliling wilayah kita!” jawab Ara menyuruh Seulra dan Minri menaburkan garam.

“Hyunsoo hyung kau buat api unggun ne! Pakai saja ranting-ranting di sana!” Ara menyuruh Hyunsoo, sepertinya magnae jadi komandan-__-“

“Ada manfaatnya juga kau menjadi ketua regu saat camp kemarin!” cetuk Kyuhae yang masih membantu Ara mendirikan tenda.

“Nde. Untung saja aku tidak seperti mereka yang sibuk dengan urusan entertaint masing-masing!” jelas Ara. “Jja! Finished!! Oppa.. apa kau bawa persediaan makanan yang cukup?! Selimut juga, apa kau membawanya?!” tanya Ara.

“Sepertinya semua juga membawa barang-barang itu.” Jawab Kyuhae.

“Great! Tas ku tidak muat jika harus membawa semuanya. Aku hanya membawa alat-alat siaga.. hihi..” Ara terkekeh sendiri. Yapp! Dia merasa prediksi kekhawatirannya terbukti.


           Di dalam hanok yang terbilang cukup besar ini, Jieun mondar-mandir menunggu kelima anaknya. Hoya dan Wookie berusaha menghubungi semua ponsel mereka, tapi yang jawab malah mba-mba operatornya. Halboji dan Halmoni turut resah dan terus melihat jam.

“Aigooo.. kenapam selarut ini mereka belum pulang?!” kata halmoni dengan nada resah dan gelisah menunggu di sini *ini kenapa jadi ngelagu’-‘?)*

“Ottokhae?! Aku takut terjadi sesuatu pada mereka.” Jieun mulai menangis dan terjatuh di depan halmoni. Halmoni langsung menenangkan Jieun.


           Kembali ke hutan(?). Ara masih terjaga di depan api unggung. Sesekali dia melihat ke dalam tenda, melihat satu persatu makhluk(?) yang di sayanginya itu. Karena merasa sepi Ara bernyanyi sendiri.

Shining Star! like a little diamond, makes me love..
Naegen kkoomgyeolgateun dalkomhan misoro nal barabomyeo soksagyeojweo..
Hangsang hamkke halgeora till the end of time..

Oh! Day by Day..
Hangsang nae gyeote..
Geudaega meomoolleo jweo..
Stay in my heart noonbooshin Shining my love..

Neul barago ijjyo hangsang geogieseo wooseumjitgireul..
Ddeut moreul ohaewa iyoo eobneun miwoome himi deureodo..
Deo meon goseul bwayo ije shijakijyo woolgo shipeul ddaen naege gidaeyo..
Boojokhajiman geudael jikilgeyo..
Sarangeun geureohke, cheoeum soonganbooteo chajawa..
gajang gipeun gose narawa nal ddeugeopge hae..
Byeonhaji anhneun ddeollim geudaeneun..

Shining Star! like a little diamond, makes me love..
Naegen kkoomgyeolgateun dalkomhan misoro nal barabomyeo soksagyeojweo..
Hangsang hamkke halgeora till the end of time.. “

           Belum habis Ara bernyanyi, Kyuhae duduk di sebelahnya. Menutupi punggung Ara dengan selimut yang dia bawa.

“Ohh.. oppa! Kau belum tidur?!”

“Dari tadi aku tidak bisa tidur. Kau juga kenapa bernyanyi sendirian?!”

“Ohh.. apa suara ku mengerikan?! Mian!” Ara menundukkan kepalanya.

“Waeyo?!” Kyuhae melihat raut wajah Ara yang berubah.

“Geunyang... aku memikirkan mimpi ku semalam! Sangat buruk!” Jawab Ara menatap kosong ke depan.

“Seburuk itu kan?!”

“Nde.. tapi semoga akhir mimpi itu tidak terjadi!”

“Mwoya?!”

“Ahh.. Anida!! Jja kita tidur! besok kita harus siap-siap mencari jalan keluar..” Ara bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam tenda.

“ssshhh... Dasar monyet aneh!” gumam Kyuhae terkekeh dan ikut masuk ke dalam tenda.


           Esok paginya, Mereka berlima sarapan dengan bekal ala kadarnya. Setekah sarapan mereka merapikan tempat dan tenda mereka gulung kembali. Berjalan meneusuri hutan yang tak di temukan ujungnya ini. Berjam-jam mereka jalan, Minri menemukan sebuah rumah yang sepertinya masih berpenghuni.
           Di hanok milik Halboji, para tetua masih heboh memikirkan keadaan kelima anak itu. Sudah berkeliling desa bertanya kesana-kemari membawa alamat *ehh kan ngawur –skip ulang— membawa foto anak-anak ini. Jieun terus menangis melihat situasi ini. Wookie melapor kepada pihak polisi daerah. Hoya dengan keterampilannya mencoba melacak keberadaan anak-anaknya melalui signal ponsel mereka. Tapi karena posel kelimanya mati, usaha Hoya pun jadi sia-sia. Kembali ke hutan. Kyuhae melihat jam tangannya ternyata sudah jam 18.30.

“Yakk!!! Itu ada rumah!!” Minri menunjuk ke sebuah rumah yang bisa di bilang cukup besar di tengah hutan seperti ini.

“Geure.. Ayo kita ke sana!” Ajak Hyunsoo. Sampainya di rumah itu, Hyunsoo mengetok pintunya. Tak berapa lama pintunya pun terbuka.

“Annyeong haseo..” mereka berlima membungkukkan badan melihat seorang namja yang kira-kira usianya sebaya dengan Minri. Berwajah tampan, berbadan tinggi dan cukup kekar.

“Ohh.. Lee Yuan?!” cetuk Minri ketika dia melihat namja itu.

“Minri?! Kenapa kau bisa ke mari?!” tanya namja yang bernama Yuan walaupun wajahnya kelihatan gugup. Gugup karena bingung dengan kehadiran mereka atau gugup karena hal lain.

“Juisunghabnida.. kami sebenarnya tersesat dari hutan pinus hingga ke mari..” Jelas Hyunsoo. “kalau boleh kami ingin menumpang di sini selama semalam. Atau kau bisa langsung mengantar kami ke desa sekarang.” Sambung Hyunsoo lagi.

“kalau ingin kembali ke desa memakan waktu dua jam lebih dari sini. Lebih baik kalian tinggal di sini dulu, besok pagi saja kalian aku antar.” Jawab Yuan dan mempersilahkan mereka masuk.

“Kamsahamnida..” mereka berlima kembali membungkuk berterima kasih. Di sisi lain Ara seperti memikirkan sesuatu.

           Mereka makan malam bersama. Setelah itu mereka tidur di sebuah kamar yang di sediakan Yuan. Kata Yuan hanya ini kamar yang layak mereka tempati untuk malam ini. Yuan keluar dari kamar mereka, meninggalkan lima kakak beradik ini di kamar itu.

“Kenapa tidak ada kamar mandinya?!” Minri mengelilingi kamar itu.

“Waeyo?! Kau ingin buang air eon?!” Tanya Ara.

“Anida.. Tapi bagaimana kalau nanti ada yang kebelet?!” kata Minri memasang muka innocentnya.

“Tenang.. pas di hutan tadi aku sudah mengeluarkannya..” dengan santainya Hyunsoo menjawab.

“Aisshh.. Kau ini!” Seulra menjitak kepala Hyunsoo. Karena lelah namja itu hanya mendengus kesal.

           Ara menemukan colokan listrik dibalik tempat tidur. Dia men-charge tab-nya, dia menggunakan tablet karena dia hanya membawa charge tabnya saja. Dia nyalakan tab-nya dan ternyata dia mendapat signal.  Dengan cepat dia mengirimkan email kepada Hoya. Isinya kalau mereka berlima baik-baik saja. Ara tahu pasti orang tuanya sangat khawati pada mereka semua.
           Di hanok halboji. Hoya membuka ponselnya yang baru mendapat email masuk. Hoya langsung memanggil semua penghuni hanok tersebut. Terdengar suara gadu yang berasal dari hentakan kaki mereka yang menuju ke ruang tv di sana.

“Aku mendapat email dari Ara!” Kata Hoya yang dimatanya sudah seperti danau.

“Oppa ayo buka! Palli!!!” Suruh Jieun yang sudah menangis di rangkulan Wookie.

“Ne.. Palli..” Tambah Wookie. Hoya pun membuka email tersebut dan membacakannya.


Hoya appa, Wookie appa, Jieun eomma, halboji dan halmoni..,
Mianhae baru mengabari kalian sekarang..

Kami tersesat di hutan. Tapi kalian tidak perlu khawatir..
Tadi sore kami menemukan sebuah rumah di sini. Ternyata pemiliknya teman Minri eonnie, namanya Lee Yuan. Namja itu baik tapi menurut Ara dia sangat aneh. Seperti menyembunyikan sesuatu. Rumah ini juga sangat aneh. Sebuah rumah ditengah hutan, apa namja itu tidak takut di sini?! Ara lihat dia juga tinggal sendiri. Dia bilang orang tuanya di luar negeri. Mana ada orang tua meninggalkan anaknya sendirian di hutan. Aneh!!


Sekarang yang lainnya sedang tidur. Hanya Ara yang masih terjaga karena masih kepikiran apa yang akan terjadi dan memikirkan kekhawatiran kalian pada kami..


Hoya appa dan yang lainnya..
Mungkin besok kami akan kembali. Tapi ntah kenapa Ara tidak yakin kalau besok kami cepat kembali. Jika besok kami belum kembali doakan kami ne. Mungkin hal yang Ara takutkan akan terjadi..
Semoga itu tidak benar-benar terjadi. Ara takut appa. Kejadian seperti ini saja sudah Ara mimpikan kemarin, tapi Ara hanya menganggapnya mimpi biasa..

Hoya appa, bisakah appa mencari tahu siapa itu Lee Yuan?! Ara tidak yakin dia benar-benar baik menolong kami. Kenapa Minri eon bisa sebodoh itu mengenalnya?!

Ahh Appa..
Sudah dulu ne. Ara sudah mulai lelah..
Besok jika signal bagus seperti ini, Ara akan mengirim email lagi..
Appa dan yang lainnya bantu kami keluar dari sini dengan doa..
Oke! Jaljayo!!^^

           Hoya membacakan isi email Ara dengan menahan tangisnya. Tangis Jieun da hlmoni semakin menjadi-jadi. Hoya tidak mau berlama-lama dan langsung mencari identitas Lee Yuan. Hoya tiba-tiba terkejut setelah membaca sesuatu yang dia dapat dari penelusurannya di internet.

“Wae?!” Tanya Wookie yang melihat ekspresi Hoya yang berubah itu.

“Hyung.. Ayo berdoa supaya mereka tidak kenapa-kenapa..” Kalimat itu yang terlontar dari mulut Hoya. Semua mata shock dan mengeluarkan air.



           Tengah malam Seulra bangun karena kebelet buang air. Dia membangunkan Minri karena hanya Minri yang gampang untuk di bangunkan. Minri pun bangun dan membantu Seulra mencari toilet. Tapi saat pintu yang belum mereka buka, di buka Minri tiba-tiba. Mereka berdua kaget. Melihat Yuan duduk dengan 3 orang pria yang badannya seperti bodyguard itu. Minri dan Seulra takut melihat cara Yuan menatap mereka.

“Waeyo Minri-ssi?” Tanya Yuan menyunggingkan senyumnya. Senyum yang penuh dengan kelicikan.

“A.. Aniyaa... Kami hanya mencari toilet..” Jawab Minri berusaha santai tapi suaranya bergetar.

“Mari biar aku antar..” Yuan mengantar mereka berdua ke toilet. Karna takut mereka berdua masuk bersama. Saat mereka keluar mereka tidak melihat seorang pun. Namun, ternyata mereka berdua di bekap sampai pingsan. Dan di bawa ke ruangan tadi.

           Ara terbangun, dengan mata yang masih separuh terbuka Ara tidak melihat Minri dan Seulra tidak ada di tempatnya. Dia membangunkan Kyuhae dan Hyunsoo.kyuhae tebangun tapi masih setangah sadar. Sedangkan Hyunsoo malah menigau tak karuan.

“Hyung.. Oppa.. Ironaa!! Ke mana Minri dan Seulra eon?!” tanya Ara dengan suara yang pelan.

“mungkin mereka ke toilet..” jawab Hyunsoo menggeliatkan badannya.

“Aiisshh.. Oppa! Ottokhae?” Ara menatap Kyuhae dalam.

“Mungkin memang mereka ke toilet.. Jja! Kita lihat..” jawab Kyuhae berusaha menenangkan Ara.

           Saat mereka berdua keluar kamar, mereka mendengar suara tangis yeoja dan suara tawa beberapa orang pria. Kyuhae dan Ara langsung bergegas masuk ke kamar mereka.

“Oppa.. ottokhae? Bagaimana jika terjadi sesuatu..” Ara mulai terisak, tapi suaranya kedengaran sangat kecil.

“Yakk! Jangan berpikiran buruk. Sekarang kita harus keluar dari sini. Mencari tempat aman untuk memikirkan cara membaskan mereka.” Jelas Kyuhae dan menyuruh Ara merapikan barang-barang mereka. Kyuhae pun membangunkan Hyunsoo.

“Hyung.. Irona.. jebal Hyung!!!” Kyuhae mengguncang tubuh Hyunsoo dan begitu Hyunsoo bangun dia langsung menutup mulut hyungnya sebelum Hyunsoo mengoceh. “Kita harus keluar dari sini sekarang! Nanti akan kami jelaskan!” kata Kyuhae. Tidak tahu apa-apa Hyunsoo hanya mengikuti saja. Merima tasnya yang Ara kasih.

           Kyuhae membuka jendela dan melihat situasi, lalu melompat yang kemudian di susul Ara dan Hyunsoo. Mereka lari masuk ke hutan. Merasa sudah cukup jauh mereka berhenti. Tersadar bahwa mereka hanya bertiga, Hyunsoo pun sontak bertanya. Kyuhae dan Ara menjelsakan semuanya ada Hyunsoo.

“Oke! Kita harus bertindak! Ara mana tab mu?!” Ara mengeluarkan tabnya. “aish.. tidak ada signal!” Hyunsoo mengacak rambutnya frustasi dan Ara mengambil tabnya kembali. “Kyuhae, apa kau bawa alat tulis?” pinta Hyunsoo dan Kyuhae mengeluarkan bebarapa kertas dan pena.

           Hyunsoo memberi arahan pada dua dongsaengnya itu dan mencoretkannya di atas kertas itu. Ara dan Kyuhae menyimaknya dengan baik. Sesekali mereka memberi tambahan jika mereka merasa itu ganjal. Setelah selesai melakukan diskusi penting itu, mereka memutuskan istirahat di situ juga. Karena mereka juga lelah dan besok mereka harus bangun pagi sekali untuk mengawasi rumah aneh itu.

           Minri dan Seulra tersadar dari obat bius mereka. Melihat sekeliling mereka yang banyak dus dia atas rak-rak dan jerigen serta tong yang berisi bahan kimia. Ternyata zat-zat itu untuk membuat berbagai obat terlarang. Dengan tangan dan kaki yang masih terikat mereka mendekatkan diri satu sama lain.

“Yaa.. Ottokhae?! Bagaimana dengan mereka” Minri ketakutan dan suaranya terdengar sangat pelan. Mereka berdua sadar kalau mereka teriak maka Yuan dan penjahat itu akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

“Gwenchana.. aku yakin mereka sekarang jauh dari sini. Di suatu tempat untuk memikirkan cara menangkap pernjahat itu dan membebaskan kita..” Jawab Seulra yang tetap berusaha senyum. Dia berusaha agar Minri tetap tenang, walaupun sebenarnya dia juga sangat takut jika terjadi sesuatu.
“Bagaimana kau tau?!” tanya Minri heran. Dan seulara melihat ke arah pintu yang terbuka. Ternyata Yuan masuk kedalam ruangan itu.

“Minri dan Seulra, di mana mereka?!” Yuan menaikkan volume suaranya.

“Molla!” sahut Seulra dingin. *parrr* Yuan menampar Seulra saat itu juga. Seulra sangat benci jika ada orang yang kasar padanya. Minri yang melihat itu hanya bisa diam mematung.

“YAAAA!!! LEE YUAN!!!! NEO MBOYA?!” pekik Seulra yang sudah sangat marah. Mata merah dan rambutnya yang mulai acak-acakan semakin jelas memperlihatkan kemarahannya.

“Nan?! Lee Yuan imnida. Putra tunggal ketua organisasi Naga hitam, Lee Changhong. Pengedar narkoba  yang paling dicari di asia!” Jawab Yuan santai dengan aura setan di sekitarnya.

“Neo, taehanminguk saram aniya?!” cetuk Minri.

“Uri taehanminguk saram. Keunde, uri halboji jonguk saram.” Jelas Yuan kali ini lebih biasa.

“Yaa!!! Yuan-sshi.. Nan arra, neo joheun saramiya.. Jebal, lepaskan kami!” Minri mengeluarkan air matanya. Seulra tak tahan melihat Minri menangis.

“Yaa!! Tak ada gunanya kau memohon sampai menangis gitu Minri-yaa.. Jika makhluk ini baik, dia tidak akan mungkin menyekap temannya sendiri!” Sahut Seulra menatap Yuan tajam.

“Kau benar! Lalu bagaimana dengan saudara mu yang lainnya?! Apakah kalian yakin mereka akan menyelematkan kalian?!” Yuan benar-benar dingin menanggapi kedua yeoja ini.

“Nan oppa-rang dongsaeng-rang mido! You don’t know anything about them!” mata Seulra terbelalak lebar, air matanya juga mulai menetes. Minri masih terisak memikirkan nasib mereka.

“Jinjja?! Are you sure? Joa, kita lihat saja nanti!” Yuan mendekatkan wajahnya kepada Seulra dan menatapnya tajam. Karena Seulra terlanjur membencinya dia membalas tatapan itu jauh lebih dalam, seperti menantang namja di depannya.

           Ara terbangun dari tidurnya, padahal dia baru tidur 20 menit. Dia mengingat semua kejadian yang baru terjadi. Mengingat wajah Yuan saat menerima kehadiran mereka. Seketika dia teringat sesuatu dan mengeluarkan tabnya. Ara terhentak ketika dia memperbesar foto mereka yang saat itu tak sengaja terambil gambar namja asing. Namja itu ternyata Yuan. Dia juga orang yang tak sengaja bertabrakan dengan Ara saat di pinggir sawah. Ara berpikir bagaimana Minri bisa mengenal Yuan? Hal ini harus benar-benar di selidiki. Ternyata Hyunsoo juga terbangun dari tidurnya. Dia melihat Ara yang memperhatikan tabnya frustasi.

“Ara-yaa.. Gwenchana?!”

“Ohh hyung.. Kau ingat namja asing di foto ini?! Look!” Ara men-zoom foto itu. Hyunsoo terbelalak melihat namja di dalam foto itu.

“Lee Yuan?!” Hyunsoo terheran. Ara menceritakan semua kejadian saat dia dan Yuan tak sengaja bertemu. Ara juga bertanya pada Hyunsoo bagaimana Minri mengenal Yuan sampai sedekat itu. Padahal mereka juga baru 4 hari di desa itu.

“Ahh.. Ntahlaa.. Tapi dua hari yang lalu saat kita hanya diam di hanok Minri di menemani Halmoni belanja. Apa mungkin saat itu dia bertemu dengan Yuan?!” Hyunsoo bergumam sendirian. Ara hanya melihat wajah Hyungnya yang sudah kelihatan sangat lelah.

“Hyung.. kau tidurlah! Wajahmu sudah sangat lelah..” Kata Ara lirih.

“Geure! Aku juga sudah ngantuk.. kau apa tidak tidur?!” Tanya Hyunsoo melihat Ara yang sedang memandang kosong ke arahnya.

“Eoh?! Aku akan tidur jika aku ngantuk..” jawab Ara.

“Aiisss... ini sudah larut malam, dan jangan bilang kau belum ngantuk! Amdwae!! Jja! biar ku antar kau ke mimpi paling indah..” cerosos Hyunsoo dengan gaya sok keibuan *ehh.. perhatian maksudnya.

“Aisshh...” Ara mengikut saja apa yang di bilang kakaknya ini. Ara berbaring di antara Hyunsoo dan Kyuhae.

“Ara-yaa.. Mianhae..” suara Hyunsoo terdengar pelan.

“mwo?!Yakk!! Hyunsoo!! Kau menangis?! Aigooo...” Ara menyampingkan badannya dan berusaha tetap tertawa melihat Hyunsoo yang sudah menundukkan wajahnya, walaupun sebenarnya dia juga meneteskan air mata *ini sedih woyy!!! Sedih!!*. “Hyung-aaa.. Gwenchana.. Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan..” Kali ini Ara memeluk kakaknya itu. “Eomma, Wookie appa, Hoya appa, Minri eonnie, Seulra eonnie, Kyuhae oppa, haraboji, halmoni, kau dan aku, kita semua saling sayang hyung.. Mungkin pertengkaran dan perbedaan pendapat kita selama ini hanya sebagian kecil rasa sayang itu. Kita semua sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi aku tahu kta semua saling menyempatkan waktu untuk berkumpul. Neo arra?! Saat aku camp dengan Kyuhae oppa dan teman-teman sekelas kami waktu itu, aku merasa benar-benar ingin pulang. Aku rindu omelan Minri dan Seulra eom saat aku mengedit foto mereka menjadi sangat aneh, aku rindu appa dan eomma, aku juga rindu ocehanmu yang selalu membully kami! Hyung... sudahlaa, kejadian ini bisa kita lewati bersama. Kau jangan sedih seperti itu, mungkin tuhan sedang ngetest kita seberapa kuat kedekatan kita. Dan kita harus saling menguatkan! Saat ini tidak ada yang boleh menangis!” Hyunsoo menaikkan wajahnya, saat yang sama Ara menghapus air mata kakaknya itu.

“Gomawo saengii... Yaa! tapi kau juga menangis..” Hyunsoo terkekeh sambil menghapus sungai kecil di pipi adiknya.

“Eo?! Aku tidak menangis hyung.. ini namanya terharu!” jelas Ara. “Jja! Kita tidur, sepertinya hantu hutan ini merasuki ku tadi!” canda Ara dan membaringkan badanya. Hyunsoo pun tersenyum melihat kedua dongsaengnya tertidur.

TBC
Apakah yang akan terjadi dengan mereka semua?!
Tunggu part selanjutnya:D